Belakangan ini, kabar mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk menjadi viral. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengonfirmasi bahwa berita tersebut benar. Namun, dia menekankan perlunya pengecekan lebih lanjut mengenai jumlah buruh yang terkena PHK dan apakah hak-hak mereka terpenuhi.

"Kami baru dapat kabar mengenai PHK di PT Gudang Garam. Kami akan cek lebih lanjut," ungkap Iqbal saat diwawancarai dikutip brilio.net dari Liputan6.com, pada Minggu (7/9).

Menurut Iqbal, jika PHK ini memang terjadi dalam jumlah besar, hal ini bisa jadi indikasi menurunnya daya beli masyarakat yang berdampak pada produksi. Selain itu, pasokan tembakau yang terbatas juga menjadi faktor. Beberapa waktu lalu, Gudang Garam dilaporkan telah menghentikan penyerapan tembakau lokal dari Temanggung, yang menunjukkan adanya penurunan produksi.

"Kita harus selamatkan industri rokok nasional dan melindungi puluhan ribu buruh yang terancam PHK. Ini juga berpengaruh pada buruh tembakau, logistik, supir, pedagang kecil, dan lainnya," tambah Iqbal.

Viral video PHK massal PT Gudang Garam, ini kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia

foto: Liputan6.com

Video yang beredar menunjukkan sekelompok buruh PT Gudang Garam berkumpul dan bersalaman, dengan ekspresi wajah yang sedih. Beberapa dari mereka bahkan tampak meneteskan air mata. Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari manajemen, video tersebut menampilkan pekerja yang mengenakan seragam perusahaan.

Viral video PHK massal PT Gudang Garam, ini kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia

foto: gudanggaramtbk.com

Dalam laporan keuangan terbaru, PT Gudang Garam Tbk mencatat penurunan pendapatan dan laba di semester I 2025. Pendapatan mereka mencapai Rp 44,36 triliun, turun 11,29% dibandingkan tahun lalu. Biaya pokok pendapatan juga mengalami penurunan, namun laba bruto menyusut hingga 25,26% menjadi Rp 3,78 triliun.

Lebih jauh lagi, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk merosot 87,3% menjadi Rp 117,16 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan yang cukup signifikan. Harga saham GGRM pun ditutup anjlok 4,59% menjadi Rp 8.825 per saham pada 31 Juli 2025.