Pada Jumat, 7 November 2025, Jakarta diguncang oleh peristiwa mengerikan saat bom meledak di SMAN 72, Kelapa Gading. Saat itu, banyak orang sedang bersiap untuk salat Jumat ketika tiba-tiba terdengar dentuman keras yang mengguncang sekolah. Para siswa, yang rata-rata masih remaja, berhamburan keluar dengan luka-luka dan segera dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Polisi mulai menyelidiki dan menemukan bahwa pelaku adalah seorang siswa yang merasa terasing dan tidak memiliki tempat untuk mencurahkan isi hatinya. Kombes Iman Imanuddin dari Polda Metro Jaya menjelaskan, pelaku merasa sendirian dan tertekan, yang mendorongnya untuk melakukan tindakan ekstrem ini.
"Yang bersangkutan berkonflik dengan hukum dan merasa tidak ada tempat untuk menyampaikan keluh kesah," ungkapnya.
Meski demikian, Iman menegaskan bahwa tindakan ini adalah pelanggaran hukum yang serius dan pelaku dapat dikenakan pasal-pasal yang relevan dalam KUHP. Polisi terus mengembangkan penyelidikan untuk mengungkap lebih banyak fakta di balik tragedi ini.
Bukan Tindakan Terorisme
PPID Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menyatakan bahwa pelaku tidak terhubung dengan jaringan terorisme mana pun. "Ini adalah tindakan kriminal umum, bukan terorisme," katanya. Meskipun pelaku terinspirasi oleh nama-nama teroris, aksinya tidak terkait langsung dengan kelompok teroris.
Pusat Laboratorium Forensik Polri menemukan bahwa bahan peledak yang digunakan adalah jenis low explosive, yang menunjukkan bahwa pelaku tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang pembuatan bom. Hal ini terungkap setelah olah tempat kejadian perkara (TKP) di mana residu bahan peledak ditemukan di beberapa lokasi.
Penggunaan Remote Control
Polisi menduga pelaku meledakkan bom dari jarak jauh menggunakan remote control yang ditemukan di taman baca sekolah. Terdapat tujuh bom yang disiapkan di tiga lokasi, namun hanya empat yang meledak, dua di dalam masjid dan dua di bank sampah. Kombes Pol Henik Maryanto menjelaskan bahwa pelaku tidak berada di lokasi saat bom meledak, yang menunjukkan perencanaan yang cukup matang meskipun dengan pengetahuan yang terbatas.
Irjen Asep Edi Suheri menegaskan bahwa pelaku adalah siswa aktif di SMAN 72 dan tidak terlibat dengan pihak lain dalam aksinya. "Dia bertindak sendiri dan tidak terhubung dengan jaringan teror tertentu," ujarnya. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa masalah kesehatan mental di kalangan remaja perlu mendapatkan perhatian serius agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Recommended By Editor
- Mau jaga stamina biar tak drop di jam rawan? Madurasa Jahe Merah Lemon kini tersedia di Indomaret
- Pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta, usia 17 tahun dan masih dioperasi
- Kenapa si kecil butuh sarapan penuh nutrisi di pagi hari? Bukan asal, ternyata ini alasannya
- Polisi sebut pelaku bom Polsek Astana Anyar yang tewas laki-laki
- Polisi ungkap 9 orang jadi korban bom Astana Anyar, satu polisi meninggal
- Kronologi dugaan bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung, terjadi saat apel pagi
- 6 Fakta ledakan diduga bom di Gereja Katedral Makassar
- Kemkominfo imbau warga tak sebar konten ledakan bom gereja Makassar
















































