Brilio.net - Profesi guru di Indonesia kini berada pada posisi yang rentan. Banyak pendidik menghadapi risiko hukum saat menjalankan tugas membina siswa, terutama ketika tindakan disiplin dianggap melampaui batas oleh pihak orang tua.

Beberapa tahun terakhir, laporan terhadap guru semakin meningkat. Banyak kasus muncul akibat ketidakterimaan orang tua ketika anak mereka didisiplinkan dengan cara yang dianggap keras di sekolah.

Kasus terbaru terjadi di SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten. Seorang siswa bernama Indra Lutfiana Putra diduga ditampar kepala sekolahnya, Dini Fitria, setelah kedapatan merokok di lingkungan sekolah pada Jumat (10/10).

Orang tua Indra tidak terima atas perlakuan tersebut dan berencana menempuh jalur hukum. Ibunda Indra, Tri Indah Alesti, menyatakan ketidakikhlasannya atas tindakan itu dan menegaskan akan melapor agar tidak ada perlakuan semena-mena terhadap siswa di sekolah.

Peringatan tegas Dedy Mulyadi jika ortu intervensi © berbagai sumber

Peringatan tegas Dedy Mulyadi jika ortu intervensi
© TikTok/@elcinfa_tv

Peristiwa ini kemudian memicu aksi mogok belajar para siswa SMAN 1 Cimarga sebagai bentuk protes terhadap kepala sekolah. Situasi tersebut turut mengundang perhatian publik serta menimbulkan perdebatan tentang batasan peran guru dalam mendisiplinkan murid.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyoroti fenomena ini dengan nada tegas. Ia menilai banyak orang tua kini kalah wibawa di hadapan anak sendiri, sementara guru tidak berani menegur murid karena takut dikriminalisasi.

"Hari ini Orang tua takluk pada anaknya. Kemudian anaknya juga tidak bisa dihukum oleh gurunya di sekolah. Karena gurunya takut dikriminalisasi," jelasnya dikutip dari YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel.

Menurutnya, kondisi itu menjadi masalah serius dalam dunia pendidikan. Ia menegaskan akan bersikap tegas terhadap orang tua yang mencampuri urusan sekolah dan mengintervensi sistem pendidikan.

"Ini problem. Dan saya ke depan akan tegas," ujar Kang Dedi.

Peringatan tegas Dedy Mulyadi jika ortu intervensi © berbagai sumber

Peringatan tegas Dedy Mulyadi jika ortu intervensi
© YouTube/Kang Dedi Mulyadi Channel

“Kalau orang tua mencampuri sistem pendidikan di sekolah, mengatur guru, kepala sekolah, dan ikut mengintervensi, maka anak itu tidak bisa sekolah di mana pun,” lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa orang tua yang gemar menekan dan mengatur guru sebaiknya menanggung konsekuensinya sendiri. Anak dari orang tua seperti itu, menurutnya, lebih baik dididik langsung di rumah tanpa melibatkan sekolah.

"Silahkan didik oleh orang tua," tegasnya.

Dedi menceritakan pengalaman menindaklanjuti insiden saat warga menyerang guru yang memberi sanksi pada seorang murid. Ia berkata bertindak tegas dengan ancaman penutupan sekolah karena kejadian itu dinilai sudah melampaui batas.

"Saya pernah menutup sebuah sekolah. Karena ada anak, oleh gurunya dikasih sanksi, sekampung menyerang gurunya, saya ancam kampung itu, saya akan tutup sekolah ini, dan saya tidak peduli di sini tidak ada sekolah," ceritanya.

Peringatan tegas Dedy Mulyadi jika ortu intervensi © berbagai sumber

Peringatan tegas Dedy Mulyadi jika ortu intervensi
© YouTube/Kang Dedi Mulyadi Channel

Menurut Dedi, perubahan pola pikir orang tua menjadi hal mendasar dalam menjaga kehormatan profesi guru. Ia menilai sikap mental yang keliru justru dapat merusak sistem pendidikan dan melemahkan wibawa pendidik di mata siswa.

"Kalau sikap mental orang tua tidak berubah. Ini penting," ucapnya.

Ia menegaskan pentingnya keseimbangan dalam mendidik anak antara kasih sayang dan ketegasan. Pendidikan menurutnya tidak akan terbentuk bila anak terus dimanja tanpa batas.

"Anak kita ada saatnya disayangi, ada saatnya dicium, tapi ada saatnya juga kita pelototin. Tidak bisa dipeluk selamanya, tidak bisa dimanja selamanya," tandasnya.