Brilio.net - Demo besar-besaran buruh dan mahasiswa berlangsung pada 28 Agustus 2025 di depan Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta. Aksi yang diikuti ribuan massa ini bermula dengan penyampaian aspirasi damai, berisi tuntutan kenaikan upah minimum hingga penghapusan sistem outsourcing serta reformasi pajak. Namun, situasi berubah menjadi ricuh ketika massa mulai melakukan aksi anarkis seperti melemparkan benda keras dan bambu runcing ke arah pagar DPR. Polisi pun merespons dengan gas air mata dan upaya pembubaran massa.

Di tengah kericuhan tersebut, terjadi insiden tragis yang menyita perhatian publik, yakni sebuah kendaraan taktis (rantis) Brimob dilaporkan melindas seorang pengemudi ojek online (ojol). Insiden ini mengakibatkan salah satu driver ojol meninggal dunia dan memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk permintaan maaf resmi dari Kapolri dan imbauan kehati-hatian dari pihak Istana.

Berikut kronologi dan fakta lengkapnya mengenai mobil rantis Brimob lindas pengemudi ojol saat demo DPR 28 Agustus, dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (29/8).

Kronologi awal kejadian mobil rantis Brimob lindas pengemudi Ojol

Pada Kamis, 28 Agustus 2025, ribuan buruh dari berbagai serikat pekerja memulai aksi demo besar-besaran di depan Gedung DPR/MPR di kawasan Senayan, Jakarta. Massa yang diperkirakan mencapai 10 ribu orang ini membawa sejumlah tuntutan, di antaranya menolak kenaikan upah minimum yang dianggap rendah, menghapus sistem outsourcing, menolak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal, hingga menuntut reformasi pajak. Sejak pagi, aksi berjalan dengan suasana damai dan tertib, diwarnai orasi dan penyampaian aspirasi terkait masa depan hak buruh dan kesejahteraan rakyat.

Memasuki siang hari, situasi berubah saat beberapa mahasiswa bergabung dalam aksi tersebut. Massa mulai memanas dan sebagian mulai melakukan aksi anarkis dengan membakar tumpukan sampah di depan pagar DPR serta melempar bambu runcing dan batu ke arah aparat keamanan yang berjaga. Polisi yang mengantisipasi potensi kerusuhan ramai-ramai menyiapkan barikade serta mengerahkan pasukan Brimob bersenjata lengkap.

Situasi semakin memanas ketika massa ricuh mulai bergerak ke area sekitar tol dalam kota dan Stasiun Palmerah, menyebabkan kemacetan panjang dan ketegangan yang meningkat. Polisi beberapa kali mengeluarkan gas air mata serta menyemprotkan water cannon untuk membubarkan kerumunan. Beberapa demonstran terlihat berlari ke arah tol sambil membawa bendera dan bambu, melarikan diri dari kejaran aparat. Polisi juga sempat membentuk barikade untuk menekan massa agar mundur dan membubarkan diri secara tertib.

Ketegangan mencapai puncaknya pada malam hari, saat iring-iringan mobil taktis (rantis) Brimob yang ditugaskan mengamankan lokasi harus menembus kerumunan massa yang mulai bubar. Dalam kondisi gelap dan penuh sesak, salah satu rantis melaju dengan cepat di antara kerumunan dan dipastikan menabrak seorang pengemudi ojek online (ojol) yang berada di lokasi. Pengemudi ojol tersebut terlindas dan terjatuh di jalan. Video insiden itu langsung viral di media sosial, memperlihatkan rantis tersebut tetap melaju meskipun korban terjatuh dan beberapa demonstran berusaha mengejar kendaraan.

Polisi langsung melakukan evakuasi dan mengumumkan bahwa korban mengalami luka parah dan dinyatakan meninggal dunia di lokasi. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengeluarkan permintaan maaf resmi atas insiden tersebut dan memastikan akan melakukan penyelidikan dan tindakan tegas terhadap personel yang terlibat. Propam Polri juga terlibat dalam investigasi guna mencari keterangan lengkap terkait kejadian naas ini. Sementara itu, masyarakat, komunitas ojol, dan berbagai elemen buruh mengecam keras aksi rantis Brimob tersebut dan mendesak keadilan.

Hingga malam hari, situasi di sekitar Gedung DPR masih sangat tegang dengan kehadiran aparat yang berjaga ketat untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Istana Negara juga memberikan peringatan kepada polisi agar lebih berhati-hati dan mengedepankan pendekatan humanis dalam mengendalikan demonstrasi ke depan.

Dengan kejadian ini, demo DPR 28 Agustus 2025 yang awalnya menyuarakan aspirasi damai berubah menjadi peristiwa tragis yang menjadi sorotan nasional, mendorong evaluasi atas penanganan unjuk rasa dan perlindungan terhadap keselamatan warga negara, termasuk para pengemudi ojol sebagai bagian dari masyarakat.

Fakta mengenai insiden mobil rantis Brimob lindas pengemudi ojol

1. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo secara resmi menyampaikan permintaan maaf atas insiden tersebut. Ia menyatakan penyesalan mendalam tentang kejadian tragis yang menewaskan pengemudi ojek online, menegaskan bahwa peristiwa itu sungguh tidak diinginkan dan pihak kepolisian akan mengambil langkah tegas serta transparan untuk mengusut tuntas penyebab dan siapa yang bertanggung jawab.

“Saya menyesali terhadap peristiwa yang terjadi dan mohon maaf sedalam-dalamnya,” tutur Listyo dihimpun brilio.net dari liputan6.com

Permintaan maaf Kapolri ini menjadi bentuk tanggung jawab publik sekaligus usaha untuk meredam kemarahan masyarakat dan komunitas ojol yang sangat terpukul oleh peristiwa tersebut. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya akan memberikan perhatian khusus kepada keluarga korban dan memastikan proses hukum berjalan adil.

“Saat ini kami sedang mencari keberadaan korban dan saya minta untuk Propam melakukan penanganan lebih lanjut,” ujarnya.

“Sekali lagi kami mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk korban dan seluruh keluarga dan juga seluruh keluarga besar ojol,” lanjut Listyo.

2. Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri (Kadiv Propam) Irjen Abdul Karim menegaskan bahwa proses hukum terhadap tujuh anggota yang berada di dalam mobil rantis Brimob penabrak pengemudi ojek online saat demo 28 Agustus 2025 akan dilakukan secara transparan dan berkeadilan.

Abdul Karim juga membeberkan identitas ketujuh anggota tersebut, yakni Kompol C, Aipda M, Bripka R, Briptu D, Bripda M, Baraka Y, dan Baraka D.

"Tentunya ini jadi perhatian dari pimpinan kami dan organisasi kami untuk melakukan penindakan proses seadil-adilnya, dan kita akan penanganannya transparan dengan melibatkan pihak eksternal, dan akan informasikan terus menerus terkait penanganan masalah ini," tutur Karim di RSCM, dihimpun dari liputan6.com

Menurut Abdul Karim, tujuh anggota itu tengah diperiksa oleh Propam Polri bersama Brimob Polda Metro Jaya. Penanganan kasusnya ia ambil alih secara langsung.

"Atas nama pribadi dan institusi kami turut berduka cita atas terjadinya kejadian korban meninggal," ucap Karim.

3. Irjen Pol Asep Edi Suheri menyampaikan, sebagai wujud tanggung jawab sekaligus rasa belasungkawa, ia akan menanggung seluruh biaya pengurusan jenazah, mulai dari pemakaman hingga tahlilan bagi pengemudi ojek online yang meninggal setelah tertabrak mobil rantis Brimob dalam kericuhan demo di DPR.

Keputusan tersebut telah disampaikan dan dibicarakan langsung dengan keluarga korban yang hadir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

"Saya akan bertanggung jawab untuk masalah pembiayaan. Tadi saya diskusi sama beliau dari orang tuanya, bapaknya almarhum. Mulai dari pengurusan jenazah sampai pemakaman, bahkan sampai nanti tahlilannya, bahkan nanti sampai hal-hal lain yang berkaitan dengan beliau, yang sudah tadi sudah didiskusikan," kata Asep saat memberikan keterangan pers di RSCM Jakarta.

4. Dalam insiden tersebut, pengemudi ojol bernama Affan Kurniawan berusia 21 tahun berusaha menyeberang jalan di tengah kericuhan ketika rantis Brimob melaju dengan kecepatan tinggi. Affan terpeleset dan jatuh, lalu terlindas kendaraan rantis tersebut. Kendaraan itu tidak berhenti atau mundur, melainkan terus melaju hingga korban meninggal dunia. Kejadian ini memicu amarah besar dari rekan-rekan ojol yang sempat mengejar kendaraan tersebut hingga masuk ke Mako Brimob di Kwitang untuk meminta pertanggungjawaban.

Keluarga juga menuntut keadilan atas insiden tersebut. Karena itu pihak kepolisian menyatakan siap memproses anggota yang bersalah.

"Beliau sudah bisa menerima kami, dan tentunya ini suatu pembelajaran untuk semuanya agar kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh keluarga almarhum," ungkap Irjen Pol Asep Edi Suheri.

"Tadi bapak almarhum menyampaikan ingin minta keadilan dan kami siap," sambung Asep.

5. Istana Negara ikut angkat suara dengan mengimbau kepada aparat kepolisian agar lebih berhati-hati dan mengutamakan pendekatan persuasif dalam menghadapi aksi unjuk rasa di masa depan. Pernyataan resmi Istana muncul sebagai respons atas insiden yang memicu duka mendalam dan keresahan di masyarakat. Pihak istana juga menekankan pentingnya menjaga keselamatan semua warga negara, termasuk peserta demo, serta memastikan aparat bertugas dengan penuh tanggung jawab guna mencegah insiden serupa terulang kembali.

6. Insiden ini memicu reaksi keras dari komunitas ojol yang menuntut kejelasan dan keadilan atas kehilangan salah satu anggotanya. Amitra dan berbagai organisasi ojol menggalang solidaritas, menuntut proses hukum yang transparan dan tindakan tegas kepada aparat yang terlibat. Mereka juga menyerukan agar hak-hak pengemudi ojol sebagai warga negara dan pekerja tetap dihormati dan dilindungi, terutama dalam situasi demonstrasi. Tekanan ini menjadi suara penting yang memperlihatkan kepedulian masyarakat terhadap keselamatan para pekerja gig economy di tengah dinamika sosial-politik.