Menteri Kebudayaan Fadli Zon baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya sedang melakukan revisi besar terhadap buku sejarah Indonesia. Dalam proyek ini, mereka melibatkan sekitar 100 sejarawan yang dipimpin oleh Prof. Dr. Susanto Zuhdy, seorang sejarawan senior dari Universitas Indonesia.
"Kita melibatkan para ahli sejarah, hampir 100 lebih sejarawan," kata Fadli Zon saat ditemui di Jakarta Selatan.
Revisi ini bertujuan untuk memperbarui narasi sejarah yang ada, termasuk penambahan dan pelurusan informasi berdasarkan kajian akademik. Salah satu fokus utama adalah pada sejarah penjajahan Belanda yang sering kali disebut berlangsung selama 350 tahun. Namun, Fadli menegaskan bahwa narasi ini perlu diubah.
"Nggak ada 350 tahun Indonesia dijajah itu. Kita itu melakukan perlawanan terhadap para penjajah itu," jelasnya.
Dia mencontohkan perlawanan yang terjadi di berbagai daerah seperti Aceh dan Perang Jawa Diponegoro, di mana beberapa daerah hanya dikuasai Belanda selama beberapa tahun. "Kita harus menonjolkan perlawanannya, bukan hanya sejarah penjajahan," tambahnya.
Fadli juga mengingatkan pentingnya memahami sejarah untuk generasi masa kini, mengacu pada pesan Presiden pertama RI, Sukarno, untuk tidak melupakan sejarah. Revisi buku ini direncanakan akan dibagi menjadi beberapa jilid, mencakup era prasejarah hingga sejarah modern, dan ditargetkan selesai pada Agustus 2025, bertepatan dengan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Dalam konteks penelitian sejarah, Fadli menyoroti temuan baru yang menunjukkan bahwa peradaban di Indonesia lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya. Misalnya, penelitian di Gua Leang-Leang Maros menunjukkan bahwa usia situs tersebut bisa mencapai 40.000-52.000 tahun. "Kalau tidak ada yang baru ya kita teruskan," ujarnya.
Belum lama ini, Fadli juga membuka pameran "Misykat: Cahaya Peradaban Islam" di Museum Nasional Indonesia, yang menampilkan artefak penting yang menunjukkan kedatangan Islam ke Indonesia sejak abad ke-7 Masehi. Fadli menekankan bahwa Islam di Indonesia datang melalui perdagangan dan pertukaran budaya, bukan melalui kekerasan.
Penemuan arkeologis di situs Bongal, yang terletak di pantai barat Sumatera, menjadi sorotan utama pameran ini. Temuan ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut telah terlibat dalam pertukaran lintas budaya sejak lama, dengan artefak dari berbagai peradaban.
Recommended By Editor
- Oh, begini caranya bikin si kecil minta sendiri sarapan pagi berbekal sereal bernutrisi nan lezat
- Sebutkan macam macam ras yang ada di Indonesia lengkap dengan penjelasannya
- Bukan cuma kata nenek, bidan juga setuju pentingnya jamu terstandar pasca persalinan
- Karyanya diduga diplagiat dosen FIB UGM, ini 8 buku Peter Carey tentang sejarah Indonesia
- Ramai dosen sejarah UGM dituding plagiat, pihak kampus akhirnya buka suara
- Jelaskan macam-macam sumber sejarah lengkap dengan pengertian dan contohnya
- Resolusi jihad Hari Santri, sejarah, faktor, dan dampak setelahnya

