Brilio.net - Benny Laos dikenal sebagai suami Sherly Tjoanda sekaligus mantan calon gubernur Maluku Utara yang meninggal setelah insiden ledakan kapal speedboat pada 12 Oktober 2024. Kepergian mendadak itu menyisakan perubahan besar bagi keluarganya, terutama bagi putra bungsu mereka.

Sherly Tjoanda mengaku tak kuasa menahan tangis saat menceritakan nasib sang putra setelah kehilangan ayahnya. Kisah tersebut ia bagikan dalam perbincangan di siniar Denny Sumargo yang menyorot bagaimana ia berusaha tetap kuat sebagai orang tua tunggal.

Anak-anaknya disebut sebagai sumber kekuatan terbesar yang membuatnya mampu melalui masa-masa sulit. Perhatiannya langsung tertuju pada si bungsu yang menunjukkan perubahan luar biasa dalam sikap dan kematangan berpikir.

Sherly melihat putra bungsunya tumbuh menjadi sosok yang jauh lebih dewasa dari usianya yang baru 19 tahun. Perubahan itu muncul sejak hari pertama keluarga mereka harus menerima kenyataan bahwa Benny Laos telah tiada.

“Ke anak-anakku sekarang larinya kalau lagi gundah. Tuhan itu kan kalau memberikan takdir juga Tuhan siapkan, anakku yang cowok itu tiba-tiba menjadi sangat bijak,” ungkap Sherly Tjoanda, dikutip dari YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, Kamis (20/11).

Sherly Tjoanda ungkap perubahan putra bungsu © YouTube

Sherly Tjoanda ungkap perubahan putra bungsu
© YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo

“Jadi, setiap ada hal-hal yang saya tidak bisa putuskan atau dilema, dia bisa memberi jawaban yang lebih substansi dan lebih bijak daripada aku,” lanjutnya.

Di balik rasa bangga, tersimpan kesedihan mendalam setiap kali ia menatap putra bungsunya. Beban yang dipikul remaja itu terasa begitu berat sejak ia harus meninggalkan banyak hal demi mendampingi ibunya.

Sherly mengaku kasihan karena putranya harus mengorbankan masa mudanya untuk mulai bekerja. Kesempatan belajar di Amerika pun terpaksa ditinggalkan demi kembali ke rumah setelah kepergian ayahnya.

“Ya walaupun kadang sedih melihat mereka, kan anakku tadinya sekolah di Amerika dan sekarang harus pulang. Dia kerja sekarang, harus belajar kerja,” ujar Sherly Tjoanda.

Sherly menuturkan bahwa di usia 19 tahun, putranya seharusnya masih bisa menikmati masa bermain bersama teman-temannya. Kenyataannya, ia lebih memilih menemani ibunya bekerja ke berbagai daerah meski itu berarti harus mempercepat kedewasaan dirinya.

“Ya kadang kasihan aja lihat dia. Masih muda banget, baru 19 tahun. Dia harusnya masih main, tapi dia harus nemenin aku,” tuturnya.

Sherly Tjoanda ungkap perubahan putra bungsu © YouTube

Sherly Tjoanda ungkap perubahan putra bungsu
© YouTube/CURHAT BANG Denny Sumargo

Sherly menduga kehadiran putranya saat turun ke daerah-daerah muncul dari keinginan memastikan keselamatannya. Ia merasa anaknya lebih tenang ketika berada di dekatnya dan terlibat langsung dalam kegiatan dinas.

“Ya mungkin dia merasa aman kalau nemenin saya turun ke daerah-daerah,” lanjutnya.

Baginya, beban terberat bukanlah menghadapi status sebagai janda setelah kepergian sang suami. Kesedihan terdalam justru muncul saat membayangkan anak-anaknya tumbuh besar tanpa sosok ayah di sisi mereka.

Sherly mengaku sudah berusaha tegar menghadapi takdir yang menimpanya. Ketegaran itu seketika runtuh setiap kali ia memikirkan putra bungsunya yang harus memikul tanggung jawab besar di usia yang sangat muda.

“Sebenarnya ketika kasihan sama saya, saya sudah cukup tegar. Tapi, kalau anak kasihan lah,” kata Sherly Tjoanda.