Nama Abdul Haris Agam, yang lebih dikenal sebagai Agam Rinjani, kini menjadi sorotan warganet setelah terlibat dalam evakuasi jenazah Juliana Marins, seorang pendaki asal Brasil yang mengalami kecelakaan fatal di Gunung Rinjani

Agam menjadi perbincangan hangat ketika video percakapannya dengan keluarga Juliana viral di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat Agam meminta maaf kepada seorang wanita yang tampak sangat emosional mendengar penjelasannya.

Video tersebut diambil saat Agam berbicara dengan keluarga Juliana melalui siaran langsung di Instagram. Akun X, @aingriwehuy, yang pertama kali membagikan video ini, dan tak lama kemudian, banyak akun media sosial lainnya ikut membagikannya, termasuk akun Instagram @antaranews.com pada Kamis (26/6). Dalam percakapan itu, Agam menjelaskan tantangan yang dihadapi tim SAR saat mengevakuasi Juliana.

"Kami minta maaf tidak bisa membawa pulang Juliana dengan selamat, karena kondisi medan yang berat dan terlalu jauh ke bawah," jelas Agam dalam video singkat tersebut.

"Memang sudah banyak kasus di Rinjani yang sulit jika jatuh di lobang-lobang itu karena memang terlalu curam," tambahnya.

Wanita yang muncul dalam siaran langsung tersebut terlihat sangat emosional saat mendengar penjelasan Agam. Ia bahkan berbicara dalam bahasa Portugis saat berinteraksi dengan Agam.

Setelah mendengar penjelasan, wanita itu menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Agam dan Tim SAR Rinjani. Video ini pun mendapatkan banyak tanggapan positif dari warganet, yang mengapresiasi kerja keras Tim SAR, termasuk Agam yang berani terjun langsung dalam evakuasi.

Agam Rinjani, seorang pemandu lokal asal Lombok, mendapatkan pujian luas dari warganet Brasil. Ia bukan hanya pemandu biasa, tetapi juga seorang ahli dalam vertical rescue dan penelusuran gua, keahlian yang sangat membantu dalam proses evakuasi Juliana. Dalam misi ini, Agam merupakan salah satu dari empat relawan yang berani turun ke dasar jurang sedalam 600 meter.

Keberanian Agam membuat publik Brasil terkesan. Ia dan tim memutuskan untuk menginap di lokasi yang berbahaya, tidur di tebing curam dengan jarak hanya beberapa meter dari jenazah Juliana.

"Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana satu malam, dengan memasang anchor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter," tulis Agam di akun Instagramnya, @agam_rinjani.

Meski berada di tebing vertikal, Agam tetap tenang dan fokus menjaga jenazah agar tidak tergelincir lebih jauh. Ia dan tim menggunakan peralatan pengaman seadanya untuk menjaga stabilitas mereka di medan berbahaya tersebut. Proses evakuasi yang dilakukan di tengah cuaca ekstrem tentu sangat berisiko, dan Agam mengakui bahwa ia bisa saja menjadi korban selanjutnya.

Aksi heroik Agam mendapat banyak pujian dari warganet Brasil yang menyebutnya sebagai pahlawan. Unggahan Agam di media sosial dibanjiri komentar penuh rasa haru dan terima kasih dari warga Brasil yang berduka atas kehilangan salah satu warganya dalam insiden tragis ini.

Berita terbaru menyebutkan bahwa pihak Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Nusa Tenggara Barat, telah memberangkatkan jenazah Juliana Marins ke Bali. "Iya, baru saja kami berangkatkan tim untuk membawa jenazah ke Bali melalui jalur laut," kata Plt. Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, dr Mike Wijayanti Djohar.

Pemberangkatan jenazah ini mendapatkan pengawalan dari personel PJR Direktorat Lalu Lintas Polda NTB menuju Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara untuk pelaksanaan autopsi yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat pagi, 27 Juni 2025.