Pemerintah Indonesia sedang menjajaki pembukaan jalur laut sebagai alternatif untuk melaksanakan ibadah umrah dan haji. Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengungkapkan bahwa inisiatif ini sedang dalam tahap pembicaraan dengan pihak Kerajaan Arab Saudi.
"Kami percaya bahwa memperkenalkan umrah dan haji melalui kapal laut adalah langkah yang sangat prospektif. Kami telah berdiskusi dengan sejumlah pejabat di Saudi Arabia mengenai hal ini," ungkap Nasaruddin saat peluncuran State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2024/2025 dan peringatan 10 tahun Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) di Bappenas, Jakarta, pada Selasa (8/7).
Menurut Nasaruddin, pelaksanaan ibadah melalui jalur laut dapat menjadi solusi yang lebih inklusif dan terjangkau, terutama bagi jemaah dari kalangan menengah ke bawah. Namun, semua ini tetap bergantung pada kesiapan infrastruktur pendukung seperti pelabuhan dan transportasi laut.
"Jika semua persyaratan terpenuhi, peluang ini sudah ada dan terbuka lebar," tambahnya.
Lebih jauh, Nasaruddin menjelaskan bahwa skema ini memungkinkan jemaah dari berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia, untuk menjangkau Tanah Suci melalui pelabuhan Jeddah dan sekitarnya, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada jalur udara.
"Bukan hanya negara-negara dekat seperti Mesir, tetapi juga dari Indonesia dan negara-negara Asia lainnya bisa mengakses," jelasnya.
Pemerintah Arab Saudi Lebih Terbuka
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2849891/original/075998800_1562758981-Jemaah_haji_di_Nabawi.jpg)
Jemaah haji Indonesia di Masjid Nabawi, usai melaksanakan sholat subuh. Foto: Darmawan/MCH
Nasaruddin juga menilai bahwa pendekatan baru Pemerintah Saudi yang lebih terbuka terhadap inovasi dan investasi adalah momentum bagi Indonesia untuk memperluas aksesibilitas ibadah haji dan umrah.
"Saudi Arabia kini lebih berorientasi bisnis, dengan melibatkan konsultan dari Amerika. Mereka benar-benar memanfaatkan potensi geografis yang ada," ucap Nasaruddin.
Dalam kesempatan itu, Menag juga mengungkapkan rencana besar untuk modernisasi fasilitas ibadah di Tanah Suci. Ini termasuk pembangunan tenda bertingkat delapan di Mina, pelebaran area Ka'bah, dan penambahan jalan layang untuk meningkatkan kapasitas jemaah.
"Mina akan dibangun dengan delapan lantai, tanpa tenda lagi. Jalan layang juga akan ditambah. Ini membuka kemungkinan baru dalam pelayanan haji," tuturnya.
Ia berharap, dengan pengembangan sistem dan jalur yang lebih beragam, akses ibadah ke Tanah Suci bisa semakin merata bagi semua lapisan masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Peluangnya terbuka luas," pungkas Nasaruddin.

