Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa hilangnya fitur live di TikTok Indonesia bukanlah permintaan dari pemerintah. Menurutnya, keputusan ini diambil oleh pihak TikTok sendiri, terutama setelah meningkatnya aksi demonstrasi yang berujung ricuh di tanah air.

"Kami melihat pemberitahuan dari TikTok bahwa mereka menutup fitur live secara sukarela, bukan karena desakan dari pemerintah. Kami berharap penutupan ini tidak berlangsung lama," ungkap Meutya saat konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Minggu (31/8).

Meutya juga optimis bahwa fitur live TikTok akan kembali aktif jika situasi keamanan di Indonesia membaik. "Jika keadaan kembali kondusif, kami berharap fitur live TikTok bisa segera dipulihkan," tambahnya.

 

Dampak Penutupan Fitur Live bagi UMKM

 

Meutya mengakui bahwa fitur live TikTok memiliki dampak yang signifikan bagi ekonomi, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sangat bergantung pada penjualan melalui siaran langsung.

"Kami menyadari ada banyak UMKM yang terdampak karena tidak bisa berjualan secara live. Kami berharap mereka dapat beradaptasi dengan e-commerce meskipun tanpa fitur live. Mari kita berdoa agar kondisi segera membaik dan fitur ini bisa kembali," tutupnya.