Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, baru-baru ini mengungkapkan keprihatinannya terhadap ketakutan masyarakat dalam menyuarakan pendapat, terutama terkait aparat penegak hukum.
Dalam acara peluncuran Buku 'Naskah Sumber Arsip Dasar Negara Volume I: Masa Sidang Pertama BPUPK 29 Mei-1 Juni 1945' dan Peresmian Serambi Pancasila di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta Barat, pada Senin (11/8/2025), Megawati menekankan pentingnya keberanian dalam berbicara.
Dia mengingatkan bahwa sejarah politik Indonesia, terutama yang melibatkan ayahnya, Soekarno, menunjukkan betapa pentingnya kekuatan partai politik sebagai tiang negara. Megawati mengungkapkan rasa jengkelnya ketika melihat masyarakat takut untuk berbicara, bahkan ketika kebenaran ada di pihak mereka.
"Masa ngomong gitu aja takut? Takut sama polisi?" tanyanya retoris kepada hadirin.
Menurut Megawati, masyarakat tidak perlu merasa terintimidasi oleh polisi, terutama jika yang diungkapkan adalah kebenaran. Dia bahkan menyatakan kesiapannya untuk berhadapan langsung dengan aparat jika pernyataannya dianggap menyinggung.
"Jadi kalau misalnya ada polisi di sini, suruh masuk lah sini. Terus apa? Mau nangkap saya? Ya silakan," ujarnya, menegaskan pentingnya polisi untuk mengayomi rakyat.
Megawati juga menggarisbawahi perbedaan fungsi antara TNI dan Polisi. Dia menegaskan bahwa TNI bertugas dalam pertahanan dan keamanan, sementara polisi seharusnya fokus pada pengayoman dan perlindungan rakyat.
"Lah polisi, saya mikir ini mau jadi apa toh ya. Orang dia tuh ada kok fungsinya, ngayomi rakyat, membela rakyat," ungkapnya dengan nada kesal.
Dia mengkritik bahwa saat ini, fungsi tersebut tidak berjalan dengan baik. "Bukan sekarang meleyot, meleyot, meleyot. Ya saya jengkel dong. Jengkel banget loh. Ini Indonesia mau dijadikan apa?" serunya dengan penuh emosi.
Megawati menekankan bahwa nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua yang berbicara tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, harus menjadi pegangan bagi aparat. Dia menyoroti bahwa seringkali anggota TNI atau polisi yang melakukan kesalahan tidak mendapatkan penegakan hukum yang seharusnya. "Kalau saya lihat di tentara, di polisi, nggak ada rasanya jenderal yang kena kalau anak buah dibegitukan," tambahnya.
Dia mengajak semua elemen negara untuk tidak hanya menghafal Pancasila, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilainya dalam tindakan sehari-hari. "Ngapalin jangan cuma ngapalin saja. Masukkan ke sini (pikiran) dan masukkan ke sini (hati). Kalau tidak ada Pancasila, bagaimana kita ini?" ujarnya.
Ini bukan kali pertama Megawati mengkritik polisi. Sebelumnya, dia juga mempertanyakan peran polisi di Indonesia, menegaskan bahwa masyarakat harus berani bersuara dan tidak merasa tertekan oleh aparat. "Orang kalau saya tanya kenapa kamu diam saja sih, punya mulut?" ujarnya dalam sambutannya di acara lain.
Recommended By Editor
- Megawati larang kepala daerah PDIP ikut retret di Akmil Magelang, Jokowi beri reaksi keras
- Hasil penghitungan suara di TPS Megawati nyoblos, bukan Ganjar-Mahfud yang unggul
- Bukan cuma kata nenek, bidan juga setuju pentingnya jamu terstandar pasca persalinan
- 7 Potret sederhana Warteg 21, langganan Jokowi dan Megawati
- 6 Potret rumah Megawati Soekarnoputri, tempat nyaman kumpul keluarga
- Megawati minta PDIP dapat jatah menteri terbanyak, ini jawaban Jokowi
- 7 Momen pertemuan Megawati dan Prabowo, kompak pakai batik

