Harga perak di pasar internasional baru saja mencetak rekor tertinggi pada perdagangan yang berlangsung Jumat lalu. Kenaikan yang cukup signifikan ini dipicu oleh harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, yang tentunya menarik perhatian banyak investor untuk beralih ke aset logam mulia.

Menurut laporan dari CNBC pada Sabtu (29/11/2025), harga perak melesat hingga mencapai USD 55,33 per ounce, dengan kenaikan sebesar 3,5 persen dalam satu sesi perdagangan. Jika kita lihat secara bulanan, harga perak mengalami lonjakan 13 persen, menjadikannya salah satu komoditas dengan performa terbaik bulan ini.

Namun, lonjakan harga ini tidak lepas dari gangguan teknis yang sempat menghentikan perdagangan di CME Group selama beberapa jam sebelum akhirnya kembali normal sekitar pukul 13.30 GMT.

Jim Wyckoff, analis dari Kitco Metals, menyatakan bahwa grafik teknikal perak menunjukkan tren yang semakin bullish dalam beberapa pekan terakhir. "Grafik teknikal untuk perak berubah semakin bullish dalam sekitar satu pekan terakhir, dan hal itu menarik para spekulan berbasis grafik untuk mengambil posisi beli di pasar perak," ujarnya.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga berkontribusi pada peningkatan sentimen pasar. Beberapa pejabat bank sentral AS memberikan komentar yang bernada dovish, ditambah dengan data ekonomi yang menunjukkan pelemahan setelah penutupan pemerintahan, membuat pelaku pasar semakin yakin bahwa pelonggaran kebijakan moneter akan dimulai pada bulan Desember. Saat ini, pasar memperkirakan peluang 89 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga, meningkat tajam dari 50 persen pada pekan sebelumnya.

Dengan kombinasi dorongan teknikal dan fundamental yang kuat, harga perak diprediksi akan terus melanjutkan tren penguatan dalam beberapa pekan ke depan.

Sementara itu, harga emas dunia juga mengalami penguatan yang signifikan pada perdagangan yang sama. Ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga bulan depan mendorong minat investor terhadap aset tanpa imbal hasil ini. Mengutip CNBC, pada hari yang sama, harga emas di pasar spot naik 1 persen menjadi USD 4.192,78 per troy ounce, level tertinggi sejak 14 November. Secara mingguan, emas mencatat penguatan 2,9 persen dan diperkirakan akan menutup bulan ini dengan kenaikan 4,6 persen.

Perdagangan berjangka sempat terhenti selama beberapa jam akibat gangguan teknis di CME Group, namun kembali dibuka sekitar pukul 13.30 GMT. Emas berjangka AS untuk pengiriman Februari juga menunjukkan penguatan sebesar 0,61 persen menjadi USD 4.227,60 per ounce.

Menurut Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas TD Securities, prospek ekonomi AS yang melambat hingga 2026 menjadi salah satu faktor yang mendorong keyakinan pasar bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga. "Ekspektasinya adalah kita akan terus melihat perlambatan ekonomi hingga 2026, dan Federal Reserve sangat mungkin memangkas suku bunga. Hal itu membuat sebagian investor kembali masuk ke emas," ujarnya. Emas memang dikenal berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.

Komentar bernada dovish dari pejabat The Fed, termasuk Christopher Waller dan Presiden Fed New York John Williams, turut memperkuat ekspektasi tersebut. Ditambah lagi, data ekonomi AS yang melemah setelah penutupan pemerintahan semakin membuat pasar yakin bahwa pemotongan suku bunga akan dilakukan bulan depan. Para trader bahkan melihat peluang 89 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Desember, lebih tinggi dari perkiraan 50 persen pekan sebelumnya.