Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan sikap tegas Indonesia dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Meskipun tarif impor yang dikenakan cukup tinggi, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia tidak akan memaki-maki negara lain.

"Kita tidak akan memaki-maki negara lain. Kita dihantam tarif berapa pun, kita akan berunding dan negosiasi, kita hormati," ujar Prabowo saat peluncuran Gerakan Indonesia Menanam di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (23/4).

Mantan Danjen Kopassus ini menegaskan bahwa Indonesia tidak akan berlutut atau mengemis dalam menghadapi kebijakan tarif Trump. Ia percaya bahwa Indonesia adalah negara yang kuat dan mampu berdiri di atas kaki sendiri, meskipun Amerika Serikat tidak membuka pasarnya.

"Kita percaya kepada kekuatan kita sendiri. Kalaupun mereka tidak membuka pasar mereka kepada kita, kita akan survive, kita akan tambah kuat, kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri," tambahnya.

Prabowo juga menekankan bahwa Indonesia bukan negara yang perlu dikasihani. Ia optimis bahwa Indonesia akan mencapai swasembada pangan dan menjadi lumbung pangan dunia.

"Tidak perlu dikasihani, bangsa Indonesia tidak perlu dikasihani. Kita akan swasembada pangan, kita akan jadi lumbung pangan dunia. Dan kita akan punya kekuatan di segala bidang," jelasnya.

 

Prabowo Kirim Tim Negosiasi ke AS

Hadapi tarif Trump, Prabowo: Indonesia tidak akan mengemis atau berlutut

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers perkembangan Terkini Negosiasi dan Diplomasi Perdagangan Indonesia - AS, secara virtual, Jumat (18/4/2025)

Sebelumnya, Prabowo mengutus tim negosiasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk berunding mengenai tarif impor resiprokal. Di Washington DC, Menko Airlangga bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Kepala Kantor Dagang AS (USTR) Jamieson Greer.

Menko Airlangga mengungkapkan bahwa Indonesia akan meningkatkan pembelian komoditas energi dari Amerika Serikat, termasuk Liquefied Petroleum Gas (LPG), crude oil, dan gasolin. Langkah ini dianggap penting untuk menjaga ketahanan energi nasional dan memperkuat hubungan dagang kedua negara.

"Dari pembahasan tadi ada beberapa hal yang diusulkan oleh Indonesia, sebagian sudah disampaikan di dalam surat resmi bahwa Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari Amerika Serikat antara lain LPG, kemudian juga crude oil, dan gasolin," kata Menko Airlangga.

Selain sektor energi, Indonesia juga berkomitmen untuk terus mengimpor produk agrikultur dari Amerika, seperti gandum, kedelai (soya bean), dan pakan ternak berbasis kedelai (soya bean meal).

"Juga Indonesia berencana untuk terus memberi produk agrikultur antara lain gandum, soya bean, soya bean meal dan juga Indonesia akan meningkatkan pembelian barang-barang modal dari Amerika," tambahnya.

Pemerintah RI Akan Beri Kemudahan pada Perusahaan Asal Amerika Serikat

Hadapi tarif Trump, Prabowo: Indonesia tidak akan mengemis atau berlutut

foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden

Pemerintah Indonesia juga berupaya memberikan kemudahan bagi perusahaan-perusahaan asal AS yang beroperasi di Indonesia. Fasilitas ini mencakup aspek perizinan dan insentif untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan kompetitif.

"Kemudian, Indonesia juga memfasilitasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikar yang selama ini beroperasi di Indonesia, dan tentunya ada hal-hal yang terkait dengan perizinan dan insentif yang dapat diberikan," ujar Prabowo.

Indonesia juga menawarkan kerja sama dalam sektor critical mineral yang menjadi perhatian global, terutama dalam transisi energi hijau. Pemerintah berupaya menyederhanakan prosedur impor untuk produk-produk Amerika, termasuk produk hortikultura, demi memperlancar arus barang dan investasi.

"Indonesia juga menawarkan kerja sama terkait dengan mineral strategis atau critical mineral dan juga terkait dengan mempermudah prosedur impor untuk produk-produk termasuk produk hortikultura dari Amerika," ungkapnya.

Dari sisi investasi, Indonesia menekankan pentingnya pendekatan business to business (B2B) dalam menjalin kerja sama antar-perusahaan, sebagai bentuk kerja sama ekonomi yang lebih dinamis dan berkelanjutan.

"Kemudian seperti dalam kerja sama antarnegara di sektor investasi Indonesia mendorong agar investasi dilakukan secara business to business," tutup Airlangga.