Hari ini, dunia ekonomi Indonesia berduka. Arif Budimanta, seorang ekonom terkemuka dan Staf Khusus Bidang Ekonomi di era Presiden Joko Widodo, telah meninggal dunia pada Sabtu (6/9/2025). Siapakah sebenarnya sosok Arif Budimanta ini? Dia adalah salah satu ekonom yang berani berdiri di garis depan untuk membela sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, yang sering kita sebut sebagai demokrasi ekonomi.

Menjadi pembela prinsip ekonomi Pancasila bukanlah hal yang mudah. Arif berhadapan langsung dengan arus utama kapitalisme yang sudah mengakar kuat dan seringkali menguntungkan segelintir elit politik dan ekonomi. Namun, keberaniannya tidak hanya terletak pada sikapnya, tetapi juga pada kemampuannya untuk merumuskan analisis ekonomi yang tajam dan solutif bagi kepentingan rakyat.

Meskipun jejak kiprahnya sudah lama dikenal melalui tulisan-tulisannya yang sering muncul di berbagai media. Setiap gagasannya selalu menawarkan perspektif baru, menembus batas angka-angka statistik, dan membuka ruang diskusi tentang esensi ekonomi kerakyatan.

Analisisnya tidak hanya kritis, tetapi juga memberikan solusi yang menyentuh persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat kecil. Menurutnya, ekonomi bukan hanya tentang angka dan grafik, tetapi juga tentang keberlangsungan hidup para petani, nelayan, perajin, dan pedagang kecil yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Arif Budimanta, sebagai seorang ekonom strukturalis, berpegang pada keyakinan bahwa kebijakan ekonomi harus berpihak kepada mereka yang termarjinalkan. Ia menolak pendekatan yang hanya fokus pada indikator makro, yang seringkali menutupi ketimpangan di tingkat mikro. Baginya, data adalah pintu masuk untuk memahami realitas sosial dan ekonomi masyarakat, dan dari sana, ia mendorong lahirnya solusi konkret bagi kelompok yang paling terdampak oleh kebijakan.

Salah satu momen berkesan adalah ketika Arif menjabat sebagai Staf Khusus Presiden di bidang ekonomi. Dalam diskusi mengenai isu perberasan nasional, ia mengundang penulis sebagai narasumber dan menunjukkan keberpihakan nyata kepada pengusaha penggilingan padi kecil yang tertekan oleh dominasi industri besar. Ia menegaskan bahwa kebijakan pangan nasional tidak boleh hanya menguntungkan korporasi besar, tetapi juga harus memberi ruang bagi pelaku usaha kecil agar tetap bertahan.

Kini, Arif Budimanta telah pergi, meninggalkan duka mendalam bagi dunia ekonomi Indonesia. Kehilangannya dirasakan bukan hanya oleh keluarga dan sahabat, tetapi juga oleh bangsa yang sangat membutuhkan pemikiran kritis dan solutif seperti miliknya. Arif telah memberikan teladan tentang bagaimana seorang ekonom dapat memadukan ilmu, keberpihakan, dan integritas.

Warisan pemikirannya tentang ekonomi Pancasila sangat penting untuk terus dihidupkan. Dalam konteks pembangunan Indonesia saat ini, gagasan Arif relevan untuk menjawab tantangan ketimpangan, eksploitasi sumber daya, dan lemahnya perlindungan terhadap kelompok rentan. Ekonomi Pancasila yang ia perjuangkan menuntut keseimbangan antara efisiensi pasar dan pemerataan kesejahteraan, serta antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan sosial.

Gagasan ini bukan sekadar wacana, tetapi juga panduan praktis untuk membangun kebijakan publik yang lebih adil dan inklusif. Mari kita teruskan perjuangan Arif Budimanta untuk ekonomi yang berpihak kepada rakyat.