Brilio.net - Kehidupan anak artis kerap mencuri perhatian publik, termasuk putri semata wayang Denada, Aisha Aurum. Meskipun belum pernah sepenuhnya memperlihatkan wajah Aisha di depan publik, banyak warganet yang penasaran dan memuji kecantikannya. Hal ini menunjukkan betapa besar perhatian masyarakat terhadap buah hati Denada.

Denada pun menyikapi hal tersebut dengan kepala dingin dan hati terbuka. Ia merasa bersyukur atas perhatian serta doa-doa baik yang datang dari publik, terutama yang mendoakan kesehatan dan kebahagiaan Aisha. Menurutnya, dukungan seperti itu sangat berarti dalam perjalanan hidup mereka.

"Masya Allah, aku mohon doanya. Aku bahagia sekali karena aku tahu bahwa Aisyah dia sehat, dia baik, semua keadaannya juga bagus. Aku enggak tertutup, tidak terlepas dari doa masyarakat, banyak yang kita kenal ataupun tidak kita kenal," ucap Denada di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan seperti dikutip dari Kapanlagi, Jumat (18/7). 

Rasa terima kasih juga disampaikan Denada kepada semua pihak yang telah menunjukkan empati dan perhatian selama ini. Dukungan tulus tersebut menjadi kekuatan tersendiri bagi dirinya dalam menjalani peran sebagai orang tua tunggal.

"Jadi terima kasih banyak untuk semua yang sudah mendukung, buat semua yang sudah memperhatikan, memberikan support-nya," tambahnya.

denada dan aisha aurum © 2025 brilio.net

foto: Instagram/denadaindonesia

Meski demikian, Denada tetap teguh menjaga privasi sang anak. Ia merasa belum waktunya untuk menampilkan wajah Aisha ke publik. Menurutnya, kelak ketika Aisha sudah cukup dewasa dan siap, ia bisa membuat keputusan sendiri terkait eksistensinya di dunia maya.

"Doakan Aisyah supaya terus sehat, dan aku selalu bilang one day, suatu hari nanti... dia sudah dewasa, cukup umur, dia mungkin akan senang punya sosial medianya sendiri, ter-publish sendiri wajahnya," ungkapnya.

Keputusan ini juga dilandasi oleh naluri protektif seorang ibu, terlebih karena Aisha saat ini tinggal terpisah di luar negeri. Jarak membuat Denada merasa lebih waspada dalam menjaga privasi dan keamanan sang anak.

"Mungkin sekarang aku akan deg-degan kalau misalnya nggak melakukan seperti ini, apalagi dia posisinya jauh dari aku," tuturnya.

Di sisi lain, Denada dengan senang hati membagikan perkembangan karakter Aisha yang kini tumbuh dalam dua budaya. Ia menjelaskan bahwa komunikasi mereka di rumah menggunakan dua bahasa.

"Kalau sama aku, kita bilingual, kita mix bahasa Inggris dan bahasa Indonesia," katanya sambil tersenyum.

Pengaruh lingkungan sekolah di Singapura membuat Aisha terbiasa menggunakan aksen khas, yaitu 'Singlish'. Meski terdengar unik, Denada menganggap logat itu sebagai bagian dari identitas Aisha yang hidup di tengah budaya internasional.

"Tapi kan di Singapura bahasa nasionalnya mereka kan juga Melayu... Cuma memang bahasa Inggrisnya Aisha, bahasa Inggrisnya Singapura ya," jelasnya.

Kehadiran Aisha di Jakarta usai tujuh tahun tinggal di Singapura menjadi momen emosional bagi Denada. Ia merasa sangat bahagia melihat sang anak kembali menginjakkan kaki di tanah kelahiran.

"Alhamdulillah senang banget... Jadi 2018 pindah ke Singapura, setelah itu sampai sekarang total 7 tahun lah di Singapura, dia ke Jakarta lagi," tutup Denada dengan penuh haru.