Brilio.net - Siapa yang tak kenal dengan Pak Ogah? Rasanya hampir di seluruh kota-kota besar kamu melihat bapak-bapak yang berdiri di persimpangan jalan untuk membantu mengatur arus lalu lintas dengan cara yang khas. Meski tak punya kewenangan resmi, Pak Ogah jadi bagian dari pemandangan yang tidak terpisahkan di sejumlah ruas jalan di Indonesia.

Nah, sebelum dikenal julukan Pak Ogah ternyata 'profesi' ini sudah ada sejak dulu bahkan sejak tahun 80-an lho. Dahulu Pak Ogah lebih dikenal dengan sebutan Polisi Cepek, keberadaan petugas ini untuk memberikan pertolongan secara sukarela kepada pengendara di jalan.

Namun, seiring berjalannya waktu, citra Polisi Cepek semakin lekat dengan kesan negatif karena dugaan pungli. Meski demikian, peran mereka dalam mengatur lalu lintas tetap tak bisa diabaikan, bahkan menjamur sampai saat ini.

Asal-usul Polisi Cepek ini belakangan jadi sorotan publik lantaran terlibat dalam aksi pengeroyokan wisatawan pemobil di jalur alternatif Puncak, Bogor. Diketahui, peristiwa tersebut terjadi pada Minggu (22/12) lalu viral di media sosial. Pada unggahan tersebut, terlihat pengendara mobil dipukuli sejumlah Pak Ogah.

Aksi pengeroyokan bermula saat korban IH menyalip mobil didepannya karena mogok. Tanpa sengaja, menyenggol seorang pria dan menyentuh kaca spion mobil miliknya. Lalu, IH berhenti untuk mengecek kendaraan mogok yang tersenggol olehnya.

Situasi macet tersebut J, D, dan R lalu mengetuk kaca belakang mobil korban. Kemudian, istri IH keluar mobil lalu mempertanyakan karena mobilnya diketuk secara kencang. Alhasil terjadilah adu mulut lalu terjadi pemukulan yang dilakukan oleh J, D, dan R kepada IH.

Menilik peristiwa tersebut, tentu jadi pelajaran bagi masyarakat umum. Keberadaan Pak Ogah memang cukup membantu para pengendara di jalan raya terutama dalam kondisi yang crowded. Namun, tak sepatutnya melakukan kekerasan di jalan apalagi sebagai Pak Ogah yang dulunya kerap dikenal membantu para pengendara di jalan.

Terlepas dari itu, pentingnya memahami asal-usul Pak Ogah yang dulunya dikenal sebagai Polisi Cepek untuk memperluas wawasan terkait fenomena yang terjadi di Indonesia. Supaya lebih memahaminya, yuk simak ulasan lengkap yang brilio.net sadur dari berbagai sumber, Jumat (27/12).

Asal usul Polisi Cepek, kini jadi ikon jalan raya dengan julukan Pak Ogah.

asal usul Polisi Cepek atau Pak Ogah © 2024 brilio.net

foto: wikipedia

Polisi Cepek atau Pak Ogah dalam bahasa Belanda dikenal sebagai voorijder yang artinya polisi pembuka jalan. Bisa dibilang, Pak Cepek merujuk pada individu yang secara sukarela membantu mengatur lalu lintas di jalan raya, dengan harapan mendapat imbalan uang seikhlasnya dari para pengendara.

Umumnya berasal dari kalangan masyarakat kelas bawah dan memiliki berbagai macam motif dalam melakukan hal tersebut. Ada yang murni ingin membantu kelancaran arus lalu lintas dan memudahkan pengguna jalan. Ada pula yang memanfaatkan untuk memperoleh penghasilan.

Secara istilah Polisi Cepek terbagi dalam dua kata yakni polisi dan cepek. Disebut polisi, karena mereka bertugas layaknya seorang polisi lalu lintas. Sedangkan cepek jadi istilah untuk Rp.100, walaupun jumlah yang diberikan pada kenyataannya bervariasi (umumnya Rp.1000 sampai Rp.2000). Kemudian, istilah cepek ini dipopulerkan oleh Pak Ogah, tokoh fiktif dalam serial televisi Si Unyil yang pernah tayang di era 1980-an dan 1990-an.

asal usul Polisi Cepek atau Pak Ogah © 2024 brilio.net

foto: Liputan6/Info publik.com

Dalam serial tersebut, Pak Ogah digambarkan sebagai sosok pengatur lalu lintas yang meminta bayaran sejumlah kecil uang dari para pengendara. Meskipun karakter ini hanya fiksi, ia berhasil menghadirkan humor sekaligus mencerminkan realitas kondisi lalu lintas di Jakarta. Alhasil, mulai bermunculan Pak Ogah di mana-mana seperti di perempatan dan jalan-jalan ramai untuk membantu mengatur lalu lintas dengan imbalan uang dari pengendara.

Bisa dibilang, Polisi Cepek atau Pak Ogah ini muncul secara spontan seiring dengan pesatnya perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia, terutama di Jakarta, yang dikenal sebagai kota dengan tingkat kemacetan tertinggi. Selain itu, kondisi ekonomi masyarakat yang masih terbatas turut berperan dalam munculnya fenomena polisi cepek ini.