Brilio.net - Dalam sebuah hubungan, keintiman dan rasa aman memang menjadi fondasi penting yang membuat dua orang saling terikat secara emosional. Namun, ketika rasa ingin selalu dekat berubah menjadi kebutuhan yang berlebihan, hubungan bisa kehilangan ruang sehat bagi masing-masing individu.

Banyak orang tidak menyadari bahwa rasa takut kehilangan, kecemasan saat tidak bersama pasangan, atau kebutuhan terus-menerus untuk diperhatikan dapat berkembang menjadi perilaku yang kurang seimbang. Inilah yang sering disebut sebagai sifat clingy, sebuah bentuk ketergantungan emosional yang sering muncul secara perlahan, namun dapat memengaruhi kenyamanan dan keutuhan hubungan.

⁠Apa itu clingy?

Clingy (dalam hubungan) biasanya merujuk pada perilaku seseorang yang terlalu bergantung secara emosional kepada pasangannya selalu butuh kepastian, ingin selalu dekat, dan cenderung sulit menahan diri ketika pasangan tidak tersedia. Menurut Marriage.com, clingy menggambarkan pola ketergantungan emosional yang intens dalam hubungan. Banyak psikolog juga menyebut istilah clinginess sebagai overdependence, yakni kebutuhan berlebihan terhadap dukungan emosional dan rasa aman dari orang lain.

Meski sering dianggap melelahkan, perilaku clingy sebenarnya berakar dari kebutuhan psikologis yang belum terpenuhi, seperti keinginan untuk merasa dicintai, diperhatikan, dan diyakinkan bahwa dirinya penting. Karena itu, memahami sifat clingy bukan hanya soal menilai seseorang terlalu bergantung, tapi juga belajar mengenali kebutuhan emosional yang tersembunyi di baliknya.

Ciri-ciri clingy

arti clingy, penyebab, ciri-ciri, solusi clingy © 2025 brilio.net

foto: Freepik.com

Beberapa tanda khas yang sering muncul bila seseorang bersikap clingy:

1. Sering mengirim pesan atau menelepon secara intens sepanjang hari, dan merasa cemas jika tak langsung dibalas. (The Couples Center)

2. Merasa gelisah atau takut saat pasangan meminta waktu sendiri atau ingin melakukan aktivitas tanpa kehadiranmu.

3. Menghalangi ruang pribadi pasangan, seperti memeriksa ponsel, media sosial, atau berharap ikut dalam setiap kegiatan.

4. Sulit menerima ketidakpastian, cenderung cepat mengasumsikan bahwa pasangan akan meninggalkan atau tidak mencintai.

5. Menginginkan konfirmasi terus-menerus lewat ucapan "aku mencintaimu", atau bertanya apakah masih disayangi.

Penyebab clingy: Apa yang membentuk ketergantungan emosional?

Beberapa faktor psikologis yang umum dikaitkan dengan sifat clingy antara lain:

1. Gaya keterikatan cemas (Anxious Attachment)

Psychology Today menulis, berdasarkan attachment theory, orang yang tumbuh dengan pola asuh yang tidak konsisten atau penuh ketidakpastian cenderung mengembangkan gaya ikatan yang membuat mereka takut ditinggalkan.

2. Kecemasan dan ketakutan kehilangan

Psychology Today menulis orang dengan tingkat kecemasan tinggi mudah merasa khawatir jika pasangannya tidak merespons dengan cepat, dan sering mengasumsikan hal negatif.

3. Rendahnya harga diri

Menurut BetterHelp, ketika seseorang merasa kurang percaya diri atau merasa dirinya tidak cukup, mereka cenderung mencari validasi terus-menerus dari pasangan mereka.

4. Pengalaman masa lalu atau luka emosional

Jika seseorang pernah mengalami penolakan, kehilangan, atau hubungan yang tak stabil di masa lalu, rasa takut itu dapat terbawa ke hubungan selanjutnya, memicu pola clingy.

Solusi agar tidak terjebak sikap clingy

Berikut beberapa langkah praktis yang menurut ahli bisa membantu mengurangi sifat clingy:

1. Komunikasikan kebutuhan dan batasan secara terbuka

Bicarakan bagaimana perasaanmu secara jujur tanpa menyalahkan. Ajukan harapan tentang ruang pribadi dalam hubungan.

2. Latih kemandirian emosional

Kembangkan aktivitas sendiri: hobi, pertemanan, karier, sehingga tidak bergantung penuh pada pasangan untuk kebahagiaan.

3. Bangun rasa percaya diri

Fokus pada pencapaian dan hal-hal yang membuatmu merasa berharga sendiri, bukan bergantung pada validasi dari orang lain.

4. Gunakan jeda sebelum bereaksi

Misalnya, jika merasa cemas karena pasangan belum membalas, tahan diri selama beberapa menit dan evaluasi apakah kecemasan itu rasional.

5. Pertimbangkan bantuan profesional

Terapis atau konselor hubungan bisa membantu menggali akar psikologis clingy dan melatih strategi coping yang sehat.

6. Sepakati ruang dan waktu sendiri dalam hubungan

Misalnya, luangkan waktu khusus untuk dirimu sendiri agar tetap punya kehidupan dan jati diri di luar hubungan. Hal ini membantu menjaga keseimbangan, jadi hubungan tetap sehat dan tidak terasa mengekang.

Penulis: Magang/Aji Setyawan