Brilio.net - Konsep ain atau evil eye adalah keyakinan bahwa tatapan seseorang, terutama yang disertai rasa iri atau kekaguman berlebihan, bisa membawa dampak negatif bagi orang yang dipandang.

Melalui laman Nu online nu.or.id yang brilio.net lansir pada Selasa (7/10), NU menjelaskan bahwa ain adalah pandangan yang disertai rasa iri atau kagum berlebihan, hingga bisa membawa pengaruh buruk pada orang yang dipandang. Hal ini diambil dari penjelasan ulama seperti Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan Al-Munawi. NU juga menegaskan bahwa ‘ain itu nyata (haq), sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “‘Ain itu nyata. Jika ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, maka ‘ain-lah yang mendahuluinya.” (HR. Muslim).

Dalam konteks Islam maupun tradisi spiritual, evil eye sering dianggap sebagai bentuk gangguan metafisik yang bisa memengaruhi kondisi fisik maupun psikologis seseorang. Karena itu, umat Islam diajarkan untuk melindungi diri dari ain dengan doa, dzikir, dan menjaga hati dari rasa iri.

Apa itu ain?

Dalam Islam, ain sering disebut sebagai mata jahat atau pandangan yang membawa pengaruh buruk. Keyakinan bahwa tatapan atau pandangan seseorang yang dilandasi rasa kagum, iri, atau dengki dapat membawa efek negatif, baik secara spiritual maupun fisik. Dalam hadits shahih, Rasulullah SAW menyebut bahwa ain adalah kenyataan. Ain itu nyata, meskipun Allah SWT adalah maha segalanya, ain dianggap sebagai salah satu cara seseorang bisa mengalami gangguan luar biasa melalui tatapan manusia.

Ulama menyebut bahwa tatapan itu sendiri bukanlah hal utama, melainkan niat dan kondisi hati yang menyertainya. Jadi, ketika seseorang menatap sesuatu dengan hati yang penuh kekaguman tanpa menyebut Masya Allah atau justru dengan iri, tatapan tersebut bisa membawa pengaruh negatif.

Makna dan jenis ain

Makna

Kata ain dalam bahasa Arab berarti mata atau pandangan. Dalam konteks spiritual, ia bermakna tatapan yang memiliki potensi membawa dampak buruk ketika diliputi niat yang tidak baik.

Jenis ain

1. Ain dengki, tatapan yang didasari rasa iri atau keinginan agar nikmat orang lain berkurang.

2. Ain karena kagum tanpa mengucap dzikir, saat seseorang merasa kagum atau takjub pada orang lain, tapi lupa mengucapkan MasyaAllah atau mendoakan kebaikan, sehingga bisa berdampak buruk pada yang dipandang.

Bahaya dan tanda-tanda ain

Apa itu ain? Pahami makna, bahaya, dan cara melindunginya dalam Islam © 2025 brilio.net

foto: freepik.com

Beberapa gejala menurut SimplyIslam Academy yang sering dikaitkan dengan pengaruh ain:

1. Kondisi fisik tiba-tiba menurun tanpa sebab medis jelas (lemas, demam, pusing)

2. Gejala emosional seperti kecemasan, perasaan putus asa, atau ketakutan tanpa sebab jelas juga disebut sebagai manifestasi spiritual dari pengaruh mata jahat.

3. Hilangnya ketenangan hati atau rasa nyaman, terutama ketika banyak perhatian tertuju kepada seseorang

4. Rasa risih saat dipuji atau banyak mendapat tatapan dari orang lain

5. Sakit kepala yang berpindah-pindah, pucat kuning pada wajah, nafsu makan menurun, keringat berlebihan, menangis tanpa sebab, serta gejala fisik seperti nyeri punggung atau sendi.

Cara melindungi diri dari ain

Berikut langkah-langkah yang banyak diajarkan oleh ulama dan praktek keagamaan:

1. Berdoa dan dzikir

Membaca doa perlindungan misal A’ūdzu bi kalimatillāhi tâmmati min sharri mā khalaq secara rutin pagi dan malam.

2. Mengucap Masya Allah atau barakallahu fīka

Ketika melihat sesuatu yang menarik atau nikmat, ucapkan untuk mengalihkan energi negatif dari tatapan itu.

3. Ruqyah syar’iyyah dan bacaan ayat Al-Qur’an

Membaca ayat perlindungan seperti Al-Falaq, An-Naas (mu’awwidzatain) dan ayat-ayat Al-Qur’an lain sebagai upaya mengobati diri agar tidak terpengaruh.

4. Menjaga hati dari sifat dengki maupun iri

Memupuk rasa syukur, menjauhi perbandingan, dan memperbaiki niat agar tidak memicu tatapan negatif.

5. Perbaiki sikap dan niat dalam interaksi

Ketika bergaul dengan orang lain, usahakan niatnya tulus, sikapnya rendah hati, dan tidak bertujuan untuk pamer atau mencari perhatian dengan cara yang tidak baik.

(Magang/Aji Setyawan)