Brilio.net - Satu lagi kejutan datang dari OpenAI. Bukan soal update ChatGPT atau fitur baru DALL·E. Kali ini, kabarnya OpenAI siap meluncurkan browser berbasis AI dalam waktu dekat.
Langkah ini muncul tak lama setelah Perplexity memperkenalkan Comet, browser pintar yang juga mengandalkan kecerdasan buatan. OpenAI sepertinya nggak mau ketinggalan. Tujuannya cukup ambisius: menantang dominasi Google Chrome.
Kalau Chrome selama ini jadi pilihan utama untuk sekadar browsing, streaming, atau buka tab sampai 30 sekaligus, browser dari OpenAI diposisikan berbeda. Bukan sekadar alat buat menjelajahi internet, tapi lebih ke asisten digital yang bisa paham konteks dan membantu menyelesaikan tugas.
Diungkap brilio.net, Minggu (12/7) dari Reuters, browser ini kemungkinan besar bakal mengintegrasikan Operator, agen AI penjelajahan web milik OpenAI. Fungsinya? Menyederhanakan cara berinteraksi dengan web. Misalnya, alih-alih diarahkan ke halaman situs lain, pengguna bisa tetap berada di dalam ChatGPT saat mencari info atau menyelesaikan sesuatu.
OpenAI juga pernah mempertimbangkan untuk membangun browser sendiri sejak 2024, menurut laporan dari The Information. Motivasinya? Kurang lebih sama seperti Perplexity: mendapatkan akses langsung ke data pengguna dan membangun pengalaman browsing yang tidak lagi dikendalikan oleh Google.
Apa Bedanya dengan Google Chrome?
foto: Shutterstock.com
Sekilas, keduanya sama-sama browser. Tapi secara fungsi, beda jalur.
Google Chrome adalah browser tradisional. Cepat, familiar, dan bisa diandalkan. Cocok untuk yang suka browsing manual: ketik, klik, cari sendiri. Tapi semua itu tetap bergantung pada interaksi pengguna sepenuhnya.
Sementara browser dari OpenAI dirancang jadi pendamping cerdas. Bukan cuma tempat mengetik alamat situs, tapi juga bisa membaca isi halaman, menyimpulkan informasi, bahkan membantu ngerjain tugas langsung dari tab yang sama.
Kalau Chrome butuh plugin atau tambahan lain buat mengaktifkan fitur AI seperti Gemini atau Bard, browser OpenAI kemungkinan sudah menyematkannya langsung sebagai fitur bawaan. Tidak sekadar menampilkan informasi, tapi membantu menyelesaikan sesuatu.
Satu lagi perbedaan penting ada di pendekatannya terhadap data dan pengalaman pengguna. Browser dari OpenAI tampaknya bakal fokus ke produktivitas, bukan personalisasi iklan. Artinya, mungkin akan lebih ramah buat yang peduli soal privasi.
Recommended By Editor
- Warga Denmark kini punya 'Hak Cipta' atas wajah sendiri, bisa perangi maraknya video & foto deepfake?
- Wapres Gibran sebut kurikulum AI diterapkan di sekolah mulai tahun ajaran baru SD-SMA
- Bukan cuma kata nenek, bidan juga setuju pentingnya jamu terstandar pasca persalinan
- Rayakan Hari Pelanggan Nasional 2024, BRI optimalkan AI untuk pelayanan yang responsif dan personal
- 7 Potret Reah Keem selebgram virtual asal Korea, mirip manusia asli


