Brilio.net - Lulus dari perguruan tinggi sering dianggap sebagai tiket emas menuju karier yang gemilang, tapi kenyataannya tidak selalu demikian. Banyak lulusan harus menghadapi fakta pahit, gelar sudah di tangan, tapi pekerjaan yang diidamkan tak kunjung datang.

Data Badan Pusat Statistik per Februari 2025 menunjukkan lebih dari satu juta lulusan sarjana, termasuk S2, menganggur. Sulitnya mencari pekerjaan disebabkan tingginya persaingan, minimnya koneksi, dan tuntutan pengalaman yang seringkali membuat lulusan baru sulit menembus dunia kerja.

Seorang pria lulusan S2 Akuntansi membagikan kisah perjuangannya mencari pekerjaan melalui akun TikTok @akulaharjunaput. Ia menceritakan pengalaman merantau ke Jakarta seorang diri dengan penuh harapan untuk segera mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya.

"gapapa banget kalo harus ngerantau ke jakarta sendirian kan udah punya gelar S2 akuntansi," jelasnya.

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi © TikTok

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi
© TikTok/@akulaharjunaput

Ia membayangkan kehidupan kerjanya yang nyaman di balik gedung-gedung tinggi. Duduk di ruang kantor ber-AC sambil mengenakan kemeja rapi setiap hari menjadi impian yang selalu ia bayangkan.

Ternyata, memiliki gelar S2 tidak menjamin mudahnya mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Ia mengaku telah melamar ke lebih dari 100 perusahaan, namun tetap gagal menembus seleksi.

"Gua udh apply 100+ perusahaan tetep ga ada yang tembus," ujarnya.

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi © TikTok

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi
© TikTok/@akulaharjunaput

Bahkan melamar langsung ke perusahaan sekalipun tidak menjamin diterima bekerja. Ia merasakan sendiri bahwa proses tatap muka terkadang tetap berujung kegagalan.

Disebutkan, ia telah mengikuti 78 kali interview, namun semuanya berakhir dengan penolakan. Keadaan itu membuatnya merasa kalah oleh jalur ordal yang sering menentukan peluang di dunia kerja.

"kalah sama jalur ordal is real," curhatnya.

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi © TikTok

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi
© TikTok/@akulaharjunaput

Ia mengaku benar-benar tidak memiliki penghasilan tetap dan setiap bulan harus mentransfer uang kepada ibunya. Saat ini, ia juga harus mengambil peran sebagai figur "ayah" dalam keluarga.

Pria ini menyadari bahwa gelar setinggi apapun, termasuk S2, tidak selalu menjamin kesuksesan dalam dunia kerja. Tanpa koneksi yang tepat, pendidikan saja terasa tidak cukup untuk membuka peluang.

"gua mulai ngerasa, pendidikan sampe s2 bukan apa2 kalo lu ga punya koneksi," pungkasnya.

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi © TikTok

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi
© TikTok/@akulaharjunaput

Tak disangka, kesempatan muncul dari arah yang tak pernah ia duga saat bertemu seorang teman lama. Temannya itu bersedia membantu, meski pekerjaan yang diberikan bukanlah di kantor.

"siapa expect ketemu temen lama yang jadi 'pengamen robot'," katanya.

"dia justru masih open dan mau bantu gua, emang bener peluang bakal muncul dari sudut yang ga terlihat," sambungnya.

Kini, alih-alih mengenakan kemeja rapi, ia menjalani pekerjaan sebagai pengamen robot. Setiap hari, ia keliling Jakarta di bawah terik matahari, menapaki jalan yang berbeda dari impian awalnya.

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi © TikTok

Kisah pria lulusan S2 Akuntansi
© TikTok/@akulaharjunaput



Kisah pria lulusan S2 Akuntansi ini memicu beragam reaksi warganet yang ikut merasakan sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia. Banyak netizen menyoroti kondisi pendidikan dan kurangnya jaringan yang membuat lulusan tinggi pun kesulitan memperoleh pekerjaan.

"Negara bener-bener tega bgt astagfirullah acakadul bgt pendidikan Indonesia, lulusan sarjana bahkan S2 susah cari kerja," komentar @dyo0412.

"S2 nya ok, tapi kurangnya di jaringan pertemanannya," tulis @kumahasia1286.

"Emang cari kerja di Indonesia itu agak lain. Waktu fresh graduate dibilang belum ada pengalaman. Tapi gitu udah ada pengalaman, ataupun udah lulus S2, malah dibilang over qualified," ujar @mfmaulana.