Brilio.net - Sultan Fathoni, mahasiswa asal Samarinda, lagi kuliah di Iran dan baru aja cerita soal situasi di sana yang udah kayak siap perang sama Israel.

Pas baru sampai di shelter kedatangan umrah di terminal 3 Soekarno-Hatta, Sultan yang masih agak goyah karena perjalanan panjang itu sempat cerita singkat tentang gimana dia kabur dari zona perang di Iran.

Padahal dia udah 3,5 tahun tinggal di Kota Masyhad, Iran bareng istri dan dua anaknya, tapi baru kali ini dia ngerasain suasana yang bener-bener nggak enak di sana.

"Pemerintah Iran sudah mengkondisikan bahwa ini negara sudah dalam kondisi perang. Baru ini (perang) sejak 3,5 tahun saya tinggal,” kata Sultan Fathoni di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dikutip brilio.net dari Merdeka.com, Rabu (25/6).

Perjalanan Evakuasi

cerita mahasiswa indonesia keluar dari iran © 2025 berbagai sumber

foto: Shutterstock.com

Sultan cerita kalau dia bareng istri dan dua anaknya mulai evakuasi dari Kamis, 21 Juni 2025, alias sekitar 6 hari perjalanan sejak ninggalin Kota Masyhad sampai akhirnya sampai di Indonesia.

“Karena kami berangkat sejak Kamis, beberapa kota masih kelihatan aman dan dua hari setelah kami pergi dari Iran, beberapa kota baru diserang katanya ada dari Amerika juga ikut,” ungkapnya.

Perjalanan keluar dari zona perang di Iran itu mereka tempuh lewat darat selama sehari dari Masyhad ke kantor Kedutaan Besar RI di Teheran.

Sesampainya di KBRI, Sultan sama beberapa WNI lain harus nunggu teman-teman WNI yang lagi dievakuasi dari berbagai kota di Iran dulu sebelum semuanya bisa lanjut pulang bareng.

“Kami dari Masyhad ke KBRI agak jauh karana harus kumpul di KBRI satu hari perjalanan, menunggu temen-teman dari kota lain kumpul satu hari. Setelah itu baru berangkat dari perbatasan ke Azarbaijan, itu juga satu hari,” terang dia.

Sultan memastikan sebelum dia dan beberapa WNI lain dievakuasi untuk dipulangkan ke Indonesia, Pemerintah Iran sudah mengumumkan kondisi negara saat itu.

“Pemerintah Iran sudah mengkondisikan bahwa ini negara sudah dalam kondisi perang,” ucap dia.

Dengan kondisi itu, kata Sultan, Pemerintah Iran memperketat aturan dalam negeri dengan berbagai pembatasan akses masyarakat ke luar wilayah Iran.

“Jadi beberapa akses dipersulit. Internet di nasionalisasi. Jadi situs atau aplikasi dalam negeri saja yang bisa di buka yang lokal,” jelasnya.