Dianggap ganggu keseimbangan kehidupan anak, Dedi Mulyadi bakal hapus PR untuk siswa Jawa Barat
  1. Home
  2. »
  3. Serius
4 Juni 2025 16:35

Dianggap ganggu keseimbangan kehidupan anak, Dedi Mulyadi bakal hapus PR untuk siswa Jawa Barat

Waktu di rumah seharusnya digunakan anak-anak untuk beristirahat dan beraktivitas secara lebih santai. Editor

Brilio.net - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengumumkan rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menghapus pekerjaan rumah (PR) dari sistem pembelajaran di sekolah. Kebijakan ini disampaikan langsung melalui unggahan di media sosial pada Rabu (4/6).

“Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana untuk menghapus pekerjaan rumah (PR) bagi anak-anak sekolah,” ujar Dedi dalam pernyataannya.

BACA JUGA :
Rencanakan masuk sekolah jam 6 pagi, Dedi Mulyadi kena sentil Mendikdasmen


Menurut Dedi, seluruh tugas pembelajaran sebaiknya dilakukan di sekolah sehingga tidak menjadi beban tambahan yang harus dibawa ke rumah. Ia menilai bahwa beban akademik di luar jam sekolah bisa mengganggu keseimbangan kehidupan anak.

“Seluruh pekerjaan sekolah dikerjakan di sekolah, tugas-tugas sekolah dikerjakan di sekolah tidak dibawa menjadi beban di rumah,” katanya.

Ia menambahkan, waktu di rumah seharusnya digunakan anak-anak untuk beristirahat dan beraktivitas secara lebih santai, serta menjalankan tanggung jawab ringan yang bermanfaat.

BACA JUGA :
Gebrakan anyar Dedi Mulyadi, rencana terapkan sekolah mulai jam 6 pagi

“Di rumah itu anak-anak rileks, baca buku, berolahraga, fokus membantu kedua orang tuanya, meringankan beban-beban pekerjaannya, kemudian belajar membereskan rumah, cuci piring, belajar masak, ngepel, dan berbagai kegiatan lainnya yang bermanfaat,” ujar Dedi.

Meski PR akan dihapus, menurut Dedi, anak tetap dapat mengembangkan diri melalui kegiatan tambahan di luar jam sekolah. Ia menyebutkan beberapa pilihan aktivitas positif seperti kursus atau pelatihan keterampilan.

“Bisa mengikuti les musik, kelas bahasa Inggris, les matematika atau les fisika, dan berbagai kegiatan yang bermanfaat,” katanya.

Dedi menilai bahwa reformasi pendidikan tidak hanya sebatas kurikulum di sekolah, tetapi juga menyentuh bagaimana anak-anak bertumbuh di rumah dan masyarakat. Ia berharap perubahan ini dapat membentuk karakter anak yang lebih seimbang antara akademik dan kehidupan sosialnya.

Kebijakan-kebijakan Dedi di bidang pendidikan sebelumnya juga sempat mengundang perdebatan publik, seperti penerapan jam malam bagi pelajar, pemajuan jam masuk sekolah, hingga pengiriman anak bermasalah ke barak pendidikan. Namun, ia memandang perbedaan pendapat sebagai bagian dari dinamika demokrasi.

“Untuk itu kebijakan saya pasti ada pro dan kontra, dan bagi saya pro dan kontra adalah hal yang biasa dalam berdemokrasi, tetapi yang terpenting tujuan utama kita adalah untuk mewujudkan anak-anak Jawa Barat yang cageur, bageur, bener, pinter, singer,” tegasnya.

“Itu adalah cara membangun anak-anak Jawa Barat yang memiliki visi misi orientasi yang kokoh untuk menyambut masa depannya,” pungkas Dedi.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags