Brilio.net - Kebakaran hebat melanda gedung perkantoran Terra Drone di kawasan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (9/12) saat jam makan siang. Insiden itu terjadi cepat, membuat banyak karyawan panik.
Situasi bertambah genting ketika asap pekat mulai memenuhi lantai demi lantai hingga menjangkau area atas gedung. Upaya evakuasi berlangsung dramatis karena akses keluar terbatas dan hanya mengarah ke rooftop.
BACA JUGA :
Kebakaran hunian pekerja konstruksi IKN: Semua pekerja dipindahkan
Laporan resmi dari polisi menyebutkan 22 orang meninggal dunia, termasuk seorang pegawai bernama Novia yang tengah mengandung. Informasi tentang kondisinya terungkap saat keluarga ditemui di rumah sakit setelah proses identifikasi korban berlangsung.
Berikut brilio.net himpun fakta kebakaran gedung Terra Drone di Jakarta Pusat dari Liputan 6 pada Rabu (10/12).
1. Kebakaran bermula dari baterai terbakar di gudang lantai 1.
BACA JUGA :
Cerita kesaksian penumpang soal detik-detik menegangkan kapal KM Barcelona terbakar
foto: YouTube/Liputan6
Kronologi awal diungkap pihak kepolisian setelah melakukan pemeriksaan lokasi dan keterangan saksi. Sumber api disebut berasal dari baterai yang menyala di area gudang lantai 1 dan sempat berusaha dipadamkan karyawan.
Kombes Pol Susatyo Purnomo Chondro menjelaskan bahwa kobaran api menyebar cepat karena gudang berisi banyak material yang mudah terbakar. Karyawan yang saat itu beberapa berada di luar gedung dan sebagian beristirahat di lantai 2, 3, dan 6 langsung panik ketika asap mulai masuk.
Susatyo menuturkan kondisi di lantai dasar memperburuk situasi karena material di gudang membuat api meluas dalam hitungan menit. Ia menegaskan bahwa asap langsung naik ke lantai atas sebelum proses evakuasi sempat berjalan maksimal.
"Ada baterai di lantai 1 yang terbakar dan sempat dipadamkan oleh karwayan, ternyata baterai yang terbakar menyebar karena lantai 1 adalah gudangnya. Karyawan sedang makan berada di luar dan sebaguan lagj istirahta di 2 3 dan 6. Api semakin membesar asap naik ke lantai 6," ujar Susatyo.
Susatyo menjelaskan bahwa kepulan asap adalah faktor utama yang membuat evakuasi tak berjalan optimal. Para pekerja juga kehilangan jarak pandang karena gelapnya ruangan.
"Api semakin membesar, asap naik ke lantai 6," ujar Susatyo.
2. Akses evakuasi terbatas hingga karyawan terpaksa menuju rooftop.
Kondisi darurat membuat para karyawan mencari jalur evakuasi yang paling memungkinkan. Banyak di antara mereka berusaha naik ke bagian atas gedung untuk kemudian menyeberang ke bangunan lain.
Pihak kepolisian menyebut hanya pekerja yang kuat bergerak naik yang berhasil menyelamatkan diri. Sebagian lainnya kehabisan tenaga dan tidak mampu mencapai rooftop dalam kondisi asap semakin menebal.
Susatyo menjelaskan bagaimana para pegawai berusaha mengamankan diri meski jalur ke atas penuh risiko. Tekanan dalam gedung membuat banyak orang bergerak tergesa-gesa.
"Itu yang bisa diselamatkan. Sebagian mungkin sudah lemas tidak punya tenaga untuk bisa lari ke atas," ungkap dia.
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran DKI, Bayu Meghantara, menambahkan bahwa faktor kepanikan sangat memengaruhi efektivitas evakuasi. Ia menilai akses menuju ruang atas memang tidak mudah ditempuh dalam keadaan darurat.
"Karena jalur akses yang ke atas ya, jalur akses atas ini kan juga butuh energi, mungkin kalutan dan sebagainya, mungkin," kata dia.
3. Proses evakuasi berlangsung dramatis di sisi gedung.
foto: Liputan6.com/Ady Anugrahadi
Petugas pemadam harus memasang tangga eksternal setinggi tujuh lantai untuk menjangkau para pekerja yang terjebak. Beberapa pegawai terlihat menuruni tangga satu per satu dengan kondisi fisik lemah.
Situasi ini terekam warga sekitar yang melihat upaya penyelamatan dilakukan di tengah asap pekat. Banyak di antaranya memanggil korban agar tetap tenang sampai bantuan tiba.
Beberapa pegawai terlihat nyaris jatuh karena kelelahan, namun petugas sigap mengarahkan mereka agar tetap stabil. Momen itu menunjukkan beratnya proses penyelamatan di detik-detik kritis.
4. Jumlah korban tewas mencapai 22 orang.
Laporan resmi menyebutkan kebakaran di gedung Terra Drone menelan 22 korban jiwa. Angka tersebut menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu kebakaran paling fatal yang terjadi di wilayah Jakarta Pusat dalam beberapa tahun terakhir.
Identifikasi dilakukan bertahap oleh pihak rumah sakit hingga seluruh nama korban berhasil dikenali. Proses ini melibatkan keluarga yang datang satu per satu untuk memastikan kondisi kerabat mereka.
Menurut laporan resmi, dari 22 korban tewas akibat kebakaran Terra Drone di Jakarta Pusat terdapat 7 laki-laki dan 15 perempuan.
5. Korban tewas termasuk pegawai hamil yang terjebak.
foto: YouTube/Liputan6
Salah satu korban, Novia (25), merupakan pegawai yang sedang mengandung dan tetap bekerja meski usia kandungannya telah memasuki masa menjelang persalinan. Informasi mengenai kondisinya disampaikan keluarga setelah proses identifikasi di rumah sakit.
Ia berada di lantai 5 ketika asap mulai memenuhi ruangan. Upaya turun ke lantai dasar gagal karena kondisi gelap dan berasap membuat dirinya kembali naik dan akhirnya terjebak.
Sepupu korban menjelaskan bahwa kehamilan Novia sudah memasuki usia tua sehingga kondisinya lebih rentan saat menghadapi situasi darurat. Ia menduga korban tidak kuat bergerak cepat ketika asap mulai naik.
Keluarga mengaku terpukul ketika mengetahui Novia ditemukan tak bernyawa dalam kondisi tubuh masih utuh. Mereka menduga kehabisan oksigen menjadi penyebab utama kematian korban.
"Udah tua ya (usia kandungannya). Kemungkinan Januari itu udah HPL-nya," kata Sepupu Korban, Prasetyo di RS Polri.
Kondisi itu membuatnya kehilangan ruang aman untuk bernapas. Upaya bertahan di lantai 5 tidak berhasil karena oksigen semakin menipis.
"Iya di lantai 5, mau turun ke lantai 1 karena api sudah berasap, balik lagi ke lantai 5 dan terjebak di situ. Dari kondisinya sih alhamdulillah masih utuh. Mungkin (kehabisan) oksigen," ujarnya.