Brilio.net - Tak semua keberhasilan dimulai dari kenyamanan dan kemudahan. Ada yang berangkat dari kesederhanaan hidup, namun berjuang tanpa kenal lelah untuk mengubah nasib lewat pendidikan.
Pemuda inspiratif ini berasal dari keluarga yang bukan berada, namun semangat juangnya membuktikan bahwa ekonomi bukanlah penghalang untuk sukses. Pria bernama Alif ini membagikan kisah hidupnya yang penuh perjuangan melalui akun Instagram @aliftowew.
“Perjuangan saya seorang anak tukang bangunan lulus S1 & S2 Matematika ITB cumlaude & fast track,” tulisnya membuka unggahan dikutip brilio.net, Senin (4/8).
kisah anak kuli lulusan ITB
© Instagram/@aliftowew
Saat baru satu minggu berkuliah di ITB, sang ayah meninggal dunia karena serangan jantung saat bekerja. Peristiwa itu meninggalkan luka mendalam bagi dirinya, ibunya, dan dua adiknya.
“Sedih? Sangat sedih dan kehilangan sekali,” ujarnya.
Pikiran tentang masa depan keluarga mulai membebani pikirannya sejak sang ayah tiada. Ia memikirkan bagaimana cara mencukupi kebutuhan makan hingga membayar biaya kontrakan setiap bulan.
“Tapi ada yg mengingatkan saya yg memberi rezeki itu Allah, bukan bapak,” ungkapnya.
Sejak itu ia memantapkan diri sebagai tulang punggung keluarga. Ia berangkat kuliah jam 6 pagi dan pulang jam 10 malam, menjalani berbagai pekerjaan seperti asisten dosen, asisten laboratorium, hingga mengajar part-time.
“Semua yg menghasilkan dikerjakan supaya ada uang untuk keluarga," bebernya.
kisah anak kuli lulusan ITB
© Instagram/@aliftowew
Setiap bulan ia mengantongi sekitar tiga juta rupiah dari hasil mengajar paruh waktu. Tambahan beasiswa bidikmisi dan bantuan dari Salman ITB turut menopang kebutuhan hidupnya.
Dari total pemasukan itu, ia hanya mengambil Rp11 ribu per hari untuk kebutuhan harian. Uang Rp10 ribu digunakan untuk bensin pulang-pergi Baleendah–ITB, sedangkan Rp1.000 untuk parkir di Salman yang dikenal paling murah.
“10 ribu untuk bensin PP Baleendah–ITB (16KM), 1 ribu untuk parkir di Salman (karena cuma Salman yg parkirnya 1k 😅),” tulisnya.
Ia selalu membawa bekal dari rumah dan nyaris tidak pernah jajan selama kuliah. Mengikuti acara kampus seperti company visit pun tidak pernah ia lakukan demi menghemat pengeluaran.
Namun segala lelah dan keterbatasan yang dialami selama kuliah akhirnya membuahkan hasil membanggakan. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dengan predikat cumlaude.
“Sampai lulus S1 dgn predikat cumlaude,” ungkapnya.
kisah anak kuli lulusan ITB
© Instagram/@aliftowew
Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 di jurusan Matematika melalui program fast track. Dalam waktu satu tahun, ia berhasil menyelesaikannya dan kembali lulus dengan hasil memuaskan.
“Dan lanjut lagi S2 Matematika ITB dengan program FastTrack... Alhamdulillah lulus," jelasnya lagi.
Di semester akhir kuliah, ia mulai membangun startup bersama sahabatnya Adit. Dari sinilah babak baru kehidupannya dimulai.
Mereka mendirikan Cerebrum, platform edukasi berbasis teknologi yang menyediakan berbagai aplikasi penunjang pembelajaran. Platform ini berkembang pesat dengan menghadirkan 16 aplikasi pendukung pembelajaran dan telah digunakan lebih dari tiga juta orang
“Membuat 16 aplikasi seperti Cerebrum, Jadiasn, Jadibumn, etc dengan lebih dari 3 juta pengguna," terang Alif.
kisah anak kuli lulusan ITB
© Instagram/@aliftowew
Cerebrum bukan hanya memberinya keberhasilan secara finansial, tapi juga kesempatan untuk berbagi kebahagiaan. Ia bahkan bisa mengajak seluruh timnya berangkat umrah sebagai bentuk syukur atas pencapaian tersebut.
“Alhamdulillah dari startup tersebut bisa umroh bareng tim PT.Cerebrum,” pungkasnya.
Keberhasilan juga membuatnya bisa membelikan ibunya rumah setelah puluhan tahun mengontrak. Ia juga berhasil mengumrahkan sang ibu, menikah, memiliki anak lucu, dan hidup layak dengan rumah serta kendaraan sendiri.
Di tengah rasa syukur, ia mengingatkan diri sendiri untuk tetap rendah hati dan tidak lupa pada perjuangan yang telah dilalui. Ia juga mengajak siapa pun yang melihat pencapaiannya untuk tidak menilai hanya dari hasil akhirnya saja.
“So... semuanya ada ceritanya masing2, ada perjuangannya masing2. Jadi jangan lihat enaknya, pasti ada perjuangan besar sebelumnya," tuturnya.
kisah anak kuli lulusan ITB
© Instagram/@aliftowew
Ia menyemangati para pengikutnya di media sosial agar terus menikmati setiap proses perjuangan yang sedang dijalani. Konsistensi, menurutnya, adalah kunci untuk menjadi yang terbaik di bidang masing-masing.
Kisah perjuangan dan keberhasilan Alif pun menuai banyak respons positif dari warganet. Banyak yang merasa terinspirasi oleh semangat dan keteguhan hatinya. Tak sedikit pula yang menggarisbawahi pentingnya semangat dan pendidikan dalam membuka peluang.
"Definisi mengubah hidup dengan pendidikan yg sebenanrnya. Barakallahu fiik. Bangsa ini kalau memang beneran mau fokus pada pendidikan bakal cepet maju nya," tulis @ridhabnugraha.
"Pengalaman hidupnya mengasah jadi org yg tahan banting dan punya rate survival yg tinggi . . . Kondisi ini ngak bisa dihasilkan oleh sekolah saja, tapi by nature . . . 1 kata buat anda . . . . HEBAT," ujar @liegoantjiang.
"Memang hanya pendidikan dan semangat membara yg bisa membuka pintu2 kesempatan. Respect kak.. sukses terus," kata @ruihanazawa.
Recommended By Editor
- Oh, begini caranya bikin si kecil minta sendiri sarapan pagi berbekal sereal bernutrisi nan lezat
- Kisah pemuda yatim piatu yang rela digaji berapa aja demi hidup, kini dapat rejeki nomplok usai viral
- Bukan cuma kata nenek, bidan juga setuju pentingnya jamu terstandar pasca persalinan
- Sahdan Arya ketua RT Gen Z terang-terangan tolak gepokan duit dari Dedi Mulyadi, etikanya bikin salut
- Usai heboh cor jalan, kini Sahdan Arya si ketua RT Gen Z gercep pimpin bersih got kampung, 9 potretnya
- Kenalan sama Sahdan Arya, Ketua RT berusia 20 tahun yang lakukan aksi keren, cor jalan lewat swadaya
- Dari sopir angkot sampai jadi miliarder, ini sosok Prajogo Pangestu orang terkaya di Indonesia
- Terimbas penerbangan pesawat delay, Ridwan Kamil ikut debat dengan petugas bandara






