Brilio.net - Belakangan fenomena ular yang masuk ke pemukiman warga semakin sering terjadi. Di berbagai wilayah Indonesia, tak jarang ditemukan ular sanca, kobra, hingga jenis ular berbisa lainnya bersarang di kolong rumah, kamar mandi, atau bahkan tempat tidur. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat, apalagi ketika ada warga yang secara terpaksa membunuh ular karena takut diserang. Lalu muncul pertanyaan: apakah ular bisa menyimpan dendam jika salah satu dari kelompoknya dibunuh?
Isu tentang ular yang menyimpan dendam pun ramai diperbincangkan di media sosial dan forum masyarakat. Banyak yang mengklaim bahwa setelah seekor ular dibunuh, beberapa hari kemudian ular lain datang ke tempat yang sama, seolah "membalas dendam" atas kematian rekannya. Cerita-cerita ini pun berkembang menjadi mitos turun-temurun, membuat ular makin ditakuti, bukan hanya karena bisanya, tetapi juga karena anggapan bahwa ia memiliki sifat dendam seperti manusia.
Namun, apakah benar secara ilmiah ular bisa menyimpan dendam? Apakah hewan melata ini memiliki sistem emosi dan ingatan kompleks seperti manusia? Dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (16/7) berikut ulasan lengkapnya dari para ahli biologi dan herpetologi, serta hasil penelitian ilmiah terbaru mengenai perilaku ular, khususnya terkait kemampuan kognitif, emosi, dan naluri bertahannya.
Apakah ular mampu menyimpan dendam? Ini kata ahli
Benarkah ular bisa menyimpan dendam
© 2025 brilio.net/Reve/AI
Menurut Dr. Mark O'Shea, herpetolog terkenal asal Inggris, ular adalah hewan yang mengandalkan insting dan bukan emosi seperti manusia. Dalam wawancaranya dengan BBC Wildlife, ia menyatakan bahwa "ular tidak memiliki struktur otak yang cukup kompleks untuk menyimpan dendam atau merencanakan balas dendam seperti manusia." Otak reptil, termasuk ular, sebagian besar terdiri dari bagian yang disebut brain stem dan cerebellum, yang berfungsi untuk gerakan motorik dan fungsi bertahan hidup, bukan emosi yang kompleks.
Hal senada juga diungkapkan oleh Prof. Dr. Amir Hamidy, peneliti herpetofauna dari LIPI (BRIN). Dalam sebuah seminar biodiversitas, beliau menjelaskan bahwa perilaku ular yang terlihat seperti "balas dendam" sebenarnya adalah respons alami terhadap bau feromon atau jejak kimiawi dari ular lain yang sebelumnya berada di lokasi tersebut. Artinya, ular datang bukan karena marah atau ingin membalas, tetapi karena tertarik oleh aroma sisa ular yang dibunuh atau sarangnya yang terganggu.
Kenapa ular bisa kembali ke lokasi yang sama?
Ular memiliki kemampuan navigasi dan penciuman yang sangat tajam, terutama menggunakan organ Jacobson (vomero-nasal organ). Mereka dapat melacak jejak mangsa, lokasi sarang, atau wilayah berburu yang sebelumnya dikenalinya. Jika ular yang dibunuh sebelumnya adalah betina yang sedang bertelur atau sedang dalam musim kawin, besar kemungkinan ular jantan akan mendatangi tempat tersebut karena tertarik oleh aroma hormon reproduksi.
Fenomena ini sering disalahartikan oleh masyarakat sebagai aksi "balas dendam". Padahal, dalam dunia ilmiah, ini hanyalah reaksi biologis terhadap stimulus kimiawi di lingkungannya. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa ular tidak membentuk ikatan sosial seperti mamalia, sehingga tidak mengenali "teman" atau "kelompok" dalam arti emosional.
Mitos vs fakta: Klarifikasi ilmiah penting untuk edukasi
Banyak mitos lokal yang menyebut ular akan datang kembali mencari saudaranya yang dibunuh. Bahkan beberapa budaya menganggap ular sebagai "utusan" dunia lain yang bisa marah jika diganggu. Meskipun tradisi ini memiliki nilai kearifan lokal, penting bagi masyarakat untuk membedakan antara kepercayaan dan fakta ilmiah, terutama dalam konteks keselamatan dan konservasi.
Alih-alih membunuh ular, para ahli menyarankan untuk menghubungi petugas damkar atau komunitas reptil yang bisa mengevakuasi ular secara aman. Selain menjaga ekosistem, ini juga membantu mengurangi konflik antara manusia dan satwa liar, serta mencegah penyebaran informasi yang keliru tentang perilaku ular.
Ular tidak menyimpan dendam, tapi punya naluri tajam
Secara ilmiah, ular tidak menyimpan dendam, karena struktur otaknya tidak memungkinkan untuk itu. Perilaku ular yang terlihat seperti “membalas kematian temannya” lebih tepat disebut sebagai reaksi naluriah terhadap feromon, habitat yang terganggu, atau musim kawin. Penting bagi kita untuk memahami hal ini agar tidak semakin menyebarkan ketakutan yang tidak berdasar.
Mengedukasi diri dan masyarakat soal fakta perilaku ular dapat membantu kita hidup berdampingan secara aman dengan satwa liar, termasuk ular, serta mencegah konflik yang berbahaya. Jadi, jika kamu menemukan ular, jangan buru-buru menganggapnya pendendam—mungkin ia hanya tersesat, lapar, atau mencari tempat tinggal yang aman.
Recommended By Editor
- Bikin merinding, pria ini temukan ular membeku di es krim
- Penampakan anaconda hamil ditabrak mobil, puluhan anaknya mati berserakan di jalan raya
- Bukan cuma kata nenek, bidan juga setuju pentingnya jamu terstandar pasca persalinan
- 7 Pertanda ular masuk rumah, pertanda baik atau buruk?
- Momen ular piton berenang di jalanan tergenang banjir, penampakannya bikin bergidik
- 5 Contoh teks laporan observasi tentang hewan melata, disertai dengan pengertian dan struktur yang ben
- Cara petugas damkar deteksi ada ular besar di plafon rumah ini sepele tapi tepat sasaran


