Brilio.net - Silent treatment adalah sikap diam yang sengaja dilakukan seseorang dengan cara mengabaikan, tidak merespons, atau menolak berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk ekspresi marah, kecewa, atau untuk menghukum tanpa harus mengatakannya secara langsung.

Dalam psikologi, silent treatment sering disebut sebagai bentuk perilaku pasif-agresif, karena orang yang melakukannya tidak menyampaikan perasaan secara terbuka, melainkan memilih diam untuk menekan, memengaruhi, atau membuat orang lain merasa bersalah.

Meski sekilas terlihat seperti hanya diam, silent treatment bisa berdampak besar pada hubungan, karena memutus komunikasi yang seharusnya menjadi kunci dalam menyelesaikan masalah.

Apa itu silent treatment?

Silent treatment adalah tindakan di mana seseorang sengaja menahan komunikasi seperti tidak menjawab, tidak merespons pesan, atau mengabaikan keberadaan orang lain untuk menyatakan kemarahan, ketidakpuasan. Silent treatment juga bisa sebagai bentuk hukuman tanpa disampaikan secara langsung.

Silent treatment adalah bentuk penolakan untuk berkomunikasi dengan seseorang yang sebenarnya menginginkan interaksi. Pola ini bisa muncul dalam berbagai tingkatan, mulai dari sikap merajuk diam (sulking) hingga tindakan manipulatif yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk mengontrol atau menghukum pihak lain.

Dalam konteks hubungan, menurut Verywell Mind silent treatment dapat menjadi strategi pasif-agresif. Artinya, seseorang menggunakan diam sebagai alat kontrol atau tekanan terhadap pasangannya.

Dampak silent treatment dalam hubungan

apa itu silent treatment © 2025 brilio.net

foto: Freepik.com

Berikut beberapa dampak negatif menurut Verywell Mind:

1. Muncul rasa cemas, kebingungan, dan kesedihan pada orang yang menjadi korban, karena ia merasa diabaikan atau tidak dihargai.

2. Menurunnya rasa percaya dan kenyamanan dalam hubungan, karena komunikasi yang sehat terganggu dan konflik sulit diselesaikan.

3. Silent treatment yang berlangsung lama atau sering digunakan sebagai pola dapat dianggap bentuk pelecehan emosional atau manipulasi.

4. Pemutus komunikasi semacam ini dapat menyebabkan isolasi emosional, menurunnya harga diri, dan perasaan ditolak.

Mengapa orang melakukan silent treatment?

Ada banyak alasan di balik perilaku diam sengaja ini menurut Cleveland Clinic. Beberapa di antaranya adalah:

1. Untuk menghindar dari konflik langsung: ketika seseorang merasa emosinya terlalu tinggi atau tak tahu cara menyampaikan perasaannya, ia memilih diam sebagai pelampiasan sementara.

2. Sebagai bentuk hukuman: menahan komunikasi sebagai cara membalas atau memaksa orang lain melakukan sesuatu.

3. Kontrol atau manipulasi: silent treatment bisa digunakan sebagai alat kekuasaan menciptakan ketidakpastian atau tekanan agar orang lain menuruti keinginan pemberi diam.

4. Kesulitan mengatasi emosi atau keterampilan komunikasi yang lemah orang yang tidak terbiasa dengan konflik verbal bisa memilih diam karena tidak tahu cara menyampaikan perasaan secara sehat.

Cara menyikapi dan mengatasi silent treatment

Berikut langkah-langkah praktis yang bisa dicoba agar hubungan kembali sehat:

1. Sadari pola dan niat diam

Mulailah dengan menyadari bahwa diam itu terjadi secara sengaja. Kenali kapan ia menjadi pola, bukan sekadar jeda.

2. Gunakan komunikasi I statements

Alih-alih menyalahkan, katakan bagaimana diam itu membuatmu merasa. Contoh: Ketika kau diam, aku merasa diabaikan.

3. Ajak bicara dengan pendekatan empati

Tunjukkan bahwa kamu peduli dan siap mendengarkan apa yang membuat dia diam. Jangan menyerang, tapi buka ruang dialog.

4. Tetapkan batas dan waktu

Bila silent treatment berlangsung lama dan terus berulang, tetapkan batas misalnya sudah cukup dan usulkan untuk berdiskusi di waktu tertentu.

5. Evaluasi hubungan

Tanyakan pada diri sendiri: apakah ini pola yang sering terjadi? Apakah ada kemungkinan bahwa silent treatment ini adalah bagian dari pola manipulasi emosi?

6. Minta bantuan profesional bila perlu

Jika pola diam digunakan secara konsisten sebagai bentuk kontrol atau menyakiti, konseling pasangan atau terapi bisa membantu memecahkan akar masalah.

7. Beri ruang untuk perubahan

Jika pasangan mau berubah, sepakati upaya konkret: komunikasi terbuka, check-in perasaan (mengidentifikasi dan mengungkapkan kondisi emosional diri sendiri), dan pembiasaan dialog sehat.