Brilio.net - Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi, baru saja kehilangan status keanggotaan di PDI Perjuangan, partai yang dulu mengantarnya menuju kursi kepresidenan. Keputusan ini memicu perdebatan panas tentang posisi Jokowi di kancah politik nasional. Apakah ini akhir pengaruh politiknya, atau justru momentum baru untuk manuver lebih luas?

"Saya tegaskan kembali bahwa Pak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI Perjuangan," kata Hasto dalam konferensi pers di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Pasca pemecatan dari PDIP, langkah Jokowi justru semakin menarik perhatian publik. Pada Jumat malam (6/12), Jokowi mengunjungi kediaman pribadi Presiden Prabowo Subianto di Kertanegara, Jakarta Selatan. Pertemuan tersebut memicu spekulasi tentang agenda di baliknya.

Peneliti senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, menduga pertemuan tersebut membahas isu-isu politik terkini, termasuk pemecatan Jokowi dari PDIP. Usep bahkan menilai peluang Jokowi untuk bergabung dengan Partai Gerindra cukup besar. "Kemungkinan itu Pak Jokowi menjadi bagian dari Partai Gerindra sangat terbuka. Hubungan Prabowo dengan Jokowi sangat dekat, itu yang menjadi kemungkinan bisa terjadi," ujar Usep seperti dikutip brilio.net dari liputan6.com.

Namun, menurutnya, Jokowi tidak perlu bergabung dengan partai mana pun untuk tetap relevan di politik. "Pak Jokowi tidak perlu lagi (gabung parpol), dia sudah jadi king maker saja menurut saya. Pak Jokowi tanpa partai bisa cawe-cawe ke sana kemari dan itu ternyata masih efektif juga," tambahnya.

jokowi pasca pdip © berbagai sumber

foto: Instagram/@jokowi

Dalam beberapa tahun terakhir, Jokowi terbukti tetap memiliki pengaruh besar, bahkan tanpa embel-embel partai. Dalam Pilkada serentak 2024, pasangan calon yang didukung Jokowi memiliki peluang kemenangan lebih besar, meski bukan berasal dari PDIP.

"Pak Jokowi tanpa gabung ke parpol dia punya gerbong dan kekuatan sendiri walaupun tidak jadi sistem. Jadi secara individual juga punya power," ujar Usep.

Pendapat senada diungkapkan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah. Menurutnya, Jokowi tidak membutuhkan partai untuk mempertahankan pengaruhnya.

"Jokowi pada dasarnya tidak memerlukan partai, mengingat ia sudah punya Gibran sebagai Wapres, Kaesang sebagai Ketua Umum PSI, dan Bobby sebagai Gubernur Sumut," katanya seperti dikutip brilio.net dari liputan6.com.

Sementara itu, ketua Projo, Budi Arie Setiadi, menyebut banyak partai yang siap menampung Jokowi jika ia memutuskan untuk bergabung. Bahkan, Projo sendiri bisa menjadi kendaraan politik baru jika berubah menjadi partai.

"Semua partai siap menampung Pak Jokowi, terutama Projo, kalau jadi partai," kata Budi Arie dilansir dari ANTARA.

Namun, Budi menegaskan bahwa pertemuan Jokowi dengan Prabowo tidak melibatkan pembicaraan politik. "Bagus aja, mantan presiden dan presiden kangen-kangenan," ujarnya, menepis spekulasi tentang manuver politik di balik pertemuan tersebut.

Saat ditemui dikediamannya, Jokowi mengatakan dirinya belum ada rencana untuk masuk partai mana. Ia juga mengaku belum ada pembicaraan apapun dengan partai-partai seperti Gerindra maupun Golkar.

“Nggak ada pembicaraan mengenai itu. Ya semua partai kan terbuka,” ungkap Jokowi.

jokowi pasca pdip © Instagram

foto: Instagram/@jokowi

Di sisi lain, pengamat politik Rocky Gerung menilai Pilkada Jakarta menjadi titik penting dalam menilai pengaruh Jokowi. Menurutnya, perhelatan ini mencerminkan keinginan publik untuk mengakhiri "Jokowiisme" dalam politik nasional.

"Pilkada Jakarta menjadi satu pertaruhan yang akhirnya merumuskan atau menyimpulkan bahwa Jokowi sudah selesai," ucap Rocky dalam video YouTube-nya. "Dan sebetulnya itu tanda yang paling jelas dari keinginan publik untuk mengakhiri pengaruh Jokowiisme di dalam politik Indonesia," tambahnya.

Pasca pemecatan dari PDIP, Jokowi menghadapi persimpangan politik yang menentukan. Apakah ia akan memilih bergabung dengan partai baru atau tetap menjadi pemain independen? Sejauh ini, pengaruh Jokowi di kancah politik belum menunjukkan tanda-tanda meredup. Pilkada Jakarta mungkin menjadi pertaruhan besar, tetapi bisa jadi bukan akhir dari karier politiknya.