Brilio.net - Baterai yang sudah soak seringkali jadi sumber masalah. Misalnya, begitu Battery Health (BH) iPhone kesayanganmu sudah capai 70%, pasti sudah tidak bisa bertahan seharian lagi. Akhirnya, perlu bawa charger kemana-mana. Satu-satunya solusi ya harus diganti dengan baterai baru. Dompet jadi menangis, deh.
Dibuang begitu saja jelas bukan pilihan bijak, tapi proses daur ulangnya pun tidak mudah. Apalagi untuk jenis baterai lithium iron phosphate (LFP) yang populasinya terus meroket seiring populernya mobil listrik. Nah, sebuah studi baru menawarkan solusi yang terdengar nyeleneh tapi ternyata sangat menjanjikan.
Sebelumnya, katoda lithium iron phosphate dianggap sulit didaur ulang. Kenapa? Karena kandungan logam berharganya hampir tidak ada. Proses daur ulang konvensional seperti dekomposisi kimia atau peleburan butuh energi super besar. Hasilnya pun cuma bahan mentah, bukan elektroda yang bisa langsung dipakai lagi. Jadi, butuh cara baru yang lebih cerdas.
Diungkap brilio.net, Sabtu (4/10) dari Advanced Materials, para peneliti dari Hefei, Shenzhen, dan Suzhou menemukan sebuah terobosan. Alih-alih menghancurkan baterai, mereka memilih untuk 'menyembuhkannya' secara langsung. Senjata rahasianya adalah polifenol dari daun teh.
Kenapa Daun Teh?
foto: Shutterstock.com
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Advanced Materials, dijelaskan bahwa polifenol teh berperan sebagai "pendonor elektron". Fungsinya adalah memulihkan ion besi ke kondisi fungsionalnya dan memperbaiki cacat pada kisi kristal baterai. Proses ini disempurnakan dengan tambahan sumber aluminium dan fosfat untuk menambal celah pada permukaan yang rusak, sekaligus membentuk lapisan konduktif baru. Lapisan ini menciptakan jalur super cepat bagi ion dan elektron, sesuatu yang krusial untuk performa harian baterai.
Hasilnya luar biasa. Setelah melalui 400 siklus pengisian daya, katoda yang diregenerasi ini ternyata masih mampu mempertahankan lebih dari 90% kapasitas aslinya. Secara spesifik, katoda LFP yang diperbarui menunjukkan kapasitas 124.3 mAh g⁻¹ setelah 400 siklus pada 2C dengan retensi kapasitas 92.1%.
Ini artinya, baterai yang tadinya sudah dianggap 'mati' bisa hidup kembali untuk digunakan pada mobil listrik atau sistem penyimpanan stasioner. Fakta bahwa bahan aditif alami dan murah seperti polifenol teh mampu melakukan ini adalah sebuah pencapaian penting.
Metode ini punya potensi besar untuk diterapkan secara industri dalam jangka panjang. Bahkan, bukan tidak mungkin bisa diadaptasi untuk jenis baterai lainnya. Jadi, di masa depan, baterai yang habis masa pakainya tidak perlu dihancurkan. Cukup 'diremajakan' saja.
Recommended By Editor
- Akhir cerita layanan cloud yang mata-matai warga Gaza, Microsoft langsung ambil tindakan tegas
- Intip prompt bikin video AI paling detail langsung dari OpenAI, cinematik bak garapan studio besar
- Bagaimana sih atlet tarkam Bekasi atasi nyeri otot cuma pakai minyak urut herbal? Ternyata ini triknya
- Bocoran spek iQOO 15 bawa chipset Snapdragon 8 Elite 5 plus charging 100 Watt, cukup lawan kompetitor?


