Brilio.net - Rabu (24/9), Tasya Farasya bersama Ahmad Assegaf menghadiri sidang perceraian perdana mereka di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Dari keterangan kuasa hukumnya, terungkap Tasya menuntut nafkah Rp100 dari Ahmad. Tuntutan dipilih karena Tasya merasa selama pernikahan tidak memperoleh nafkah lahir maupun batin yang layak, sekaligus menguji tanggung jawab Ahmad terhadap anak-anaknya.
Walau angka yang diajukan sangat kecil, kehadiran Tasya justru mencuri perhatian publik karena penampilannya yang serba mewah. Tasya tiba di pengadilan lebih awal daripada Ahmad, mengenakan busana two-piece berwarna kuning pastel. Paduan blazer cropped dengan celana high-waist wide-leg membuat gayanya terlihat elegan dan berkelas.
BACA JUGA :
Tasya Farasya cuma minta nafkah Rp100 perak usai gugat cerai Ahmad Assegaf, ini alasannya
Pilihan warna kuning yang dipakainya pun menimbulkan kesan simbolis. Publik mengaitkan warna itu dengan kebaya akad nikah Tasya pada tahun 2018 silam. Dengan demikian, busana kuning yang ia kenakan seolah menjadi penanda awal dan akhir dari perjalanan rumah tangganya yang bertahan tujuh tahun.
Sebagai sosok beauty influencer sekaligus pebisnis sukses, Tasya memang dikenal kerap tampil dengan barang-barang branded. Kehadirannya di sidang pun tak lepas dari citra glamor tersebut. Kali ini, ia melengkapi outfit pastel-nya dengan sebuah tas super eksklusif yang langsung menyita perhatian media.
BACA JUGA :
Tasya Farasya kembali ke medsos usai pamitan sejenak dan gugat cerai suami, banjir dukungan warganet
foto: Kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi
Tas yang ditenteng Tasya adalah Hermes B30 himalaya matte niloticus crocodile with palladium hardware. Berdasarkan data dari situs madisonavenuecouture.com, harga tas tersebut mencapai Rp 3,3 miliar. Kehadiran tas bernilai fantastis itu terlihat sangat kontras dengan gugatan nafkah yang hanya sebesar Rp100.
Kuasa hukum Tasya, M. Fattah Riphat bersama Sangun Ragahdo, menjelaskan bahwa nilai nafkah yang diajukan bukan persoalan materi. "Dan kami juga pada gugatan kami, kami mengajukan eh nafkah senilai Rp100 karena mengingat bahwa selama ini Ibu Tasya pun juga merasa tidak ada nafkah selama menikah, sehingga lebih baik kami akan ajukan sebagai bentuk tanggung jawab mantan suami terhadap anak-anaknya saja senilai Rp100," ucap Sangun Ragahdo.
foto: Kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi
"Kalau Rp 100 ini pun juga tidak dapat dipenuhi, ya kami juga bingung bagaimana tanggung jawabnya. Gitu ya," tambah Riffat di hadapan wartawan.
Lebih jauh, Sangun menegaskan bahwa alasan utama Tasya menggugat cerai adalah hilangnya rasa percaya terhadap Ahmad. Ada dugaan kuat Ahmad melakukan penggelapan dana perusahaan, mengingat posisinya sebagai Chief Financial Officer (CFO).
"Yang menjadi titik berat adalah adanya dugaan, tapi kami telah ada data-datanya juga, telah kami pelajari semua, adanya dugaan penggelapan dalam perusahaan untuk nominal cukup besar ya, cukup fantastis," ungkap Sangun.
Terkait masalah itu, pihak Tasya bahkan sudah mengirimkan somasi resmi. Tujuannya bukan untuk menyerang pribadi, melainkan agar ada kejelasan mengenai dugaan penggelapan.
"Somasi telah kami kirimkan dan telah diterima juga. Somasi belum direspons. Yang perlu diingat sama teman-teman, Bu Tasya ini tidak ada niat mau menjelekkan mantan suami. Bu Tasya hanya ingin tenang," jelas Sangun.
Mengenai rumor adanya pihak ketiga yang turut memperkeruh rumah tangga, tim kuasa hukum tidak menjadikannya dasar gugatan. Mereka memang mendengar isu itu, namun tak memiliki bukti sahih.
"Masalah orang ketiga tidak kami ajukan di sini, tidak kami taruh dalam dalil gugatan karena kami sendiri tidak megang bukti ya, bukti-bukti yang konkret," ujar Sangun Ragahdo.
