Sekali buka laptop pasti langsung ke browser, tapi kenapa Chromebook tak populer di Indonesia?
  1. Home
  2. »
  3. Gadget
9 September 2025 01:30

Sekali buka laptop pasti langsung ke browser, tapi kenapa Chromebook tak populer di Indonesia?

Begitu menyalakan laptop atau komputer, aplikasi apa sih yang pertama kamu buka? Azizta Laksa Mahardikengrat

Brilio.net - Viralnya Chromebook beberapa waktu terakhir bukan karena teknologinya sedang naik daun, melainkan karena kasus korupsi yang menyeret nama mantan Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim. Kejaksaan Agung resmi menetapkan Nadiem sebagai tersangka setelah tiga kali menjalani pemeriksaan terkait pengadaan laptop Chromebook di Kemendikbudristek pada periode 2019–2022.

Salah satu alasan kuat mengapa perangkat ini dulu dipilih adalah faktor harga. Diungkap brilio.net, Selasa (9/9) dari Merdeka.com, Chromebook disebut lebih murah 10–30 persen dibanding laptop dengan spesifikasi serupa. Efisiensi biaya inilah yang awalnya dianggap sebagai keunggulan besar untuk mendukung program pendidikan.

BACA JUGA :
Trik pakai ChatGPT Study Mode untuk belajar materi kuliah atau sekolah, jadi lebih mudah paham


foto: ldikti13.kemdikbud.go.id

Padahal jika dilihat dari kebiasaan, laptop dan browser sudah jadi pasangan tak terpisahkan. Setiap kali laptop dibuka, langkah pertama yang dilakukan pengguna hampir selalu membuka browser.

BACA JUGA :
Rumor Apple targetkan penjualan iphone versi "lipat" capai 10 juta di 2027, ini bocoran terbarunya

Misalnya, seorang pekerja kantoran akan langsung berhadapan dengan email kantor dan jadwal rapat online. Karyawan administrasi menjadikan browser sebagai pintu ke laporan penjualan atau dashboard inventori. Mahasiswa mengakses Google Classroom, e-learning, atau jurnal online lewat jendela yang sama. Bahkan hiburan ringan seperti YouTube, Spotify, atau TikTok juga bermula dari browser.

Dengan pola penggunaan seperti itu, Chromebook seharusnya cocok. Laptop ini memang dirancang agar seluruh aktivitas berpusat di browser. Namun kenyataannya, cerita di Indonesia tidak berjalan semulus itu.

Kenyataan Chromebook di Indonesia

Meski sukses di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, Chromebook tidak populer di Indonesia. Ada banyak faktor yang membuatnya sulit bersaing.

Mayoritas pengguna sudah terbiasa dengan Windows. Hampir semua software penting untuk kerja dan belajar berjalan optimal di sana. Chromebook berbasis ChromeOS terasa terbatas karena tidak mendukung banyak aplikasi yang sudah umum dipakai.

Koneksi internet juga jadi hambatan besar. Chromebook yang mengandalkan cloud computing hanya maksimal ketika jaringan stabil, sementara kualitas internet di berbagai daerah Indonesia belum merata.

Ekosistem aplikasi lokal belum banyak yang kompatibel dengan ChromeOS. Harga pun tidak memberi keuntungan signifikan karena laptop Windows entry-level dengan harga 3–5 jutaan sudah banyak tersedia.

Kurangnya promosi membuat masyarakat tidak benar-benar mengenal Chromebook. Ditambah lagi, budaya penggunaan software bajakan membuat alasan hemat lisensi tidak relevan. Dan bagi generasi muda, kebutuhan gaming menjadi pertimbangan penting. Chromebook jelas tidak bisa memenuhi harapan itu karena tidak mendukung game berat.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags