Akhirnya aplikasi Sora AI hadir di Play Store, ini cara download dan bikin konten dengan gampang!
  1. Home
  2. »
  3. Gadget
12 November 2025 01:30

Akhirnya aplikasi Sora AI hadir di Play Store, ini cara download dan bikin konten dengan gampang!

Jadi, apa yang ditawarkan di versi smartphone Android? Azizta Laksa Mahardikengrat
foto: Sora AI

Brilio.net - Akhirnya, yang ditunggu-tunggu pengguna Android tiba juga. Aplikasi video AI buatan OpenAI, Sora, sekarang resmi mampir ke Google Play Store. Ini langkah besar, mengingat betapa meledaknya aplikasi ini waktu rilis di App Store pada September 2025.

Bayangkan saja, cuma dalam satu minggu, aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 1 juta kali dan langsung nangkring di posisi puncak. Kehadiran di Play Store ini jelas diperkirakan bakal bikin jumlah penggunanya makin membludak.

BACA JUGA :
Penelitian ini ungkap scrolling HP sebelum tidur tidak pengaruhi kualitas tidur, kok bisa?


Jadi, apa yang ditawarkan di versi smartphone Android? OpenAI rupanya membawa strategi baru. Ada fitur berbagi video berbasis feed. Formatnya vertikal, mirip banget kayak lagi scrolling TikTok atau Instagram. Ini sinyal kuat OpenAI mau ikut bertarung di pasar video pendek.

Fitur canggih dari versi iOS juga tetap dipertahankan. Termasuk "Cameos", yang bisa dipakai pengguna untuk membuat video diri mereka sendiri sedang melakukan berbagai aktivitas menggunakan model yang mirip.

Cara Download Sora AI di Android

BACA JUGA :
Bisakah Moto G67 Power jadi pilihan di kelas HP Rp 3 jutaan berbekal baterai 7.000 mAh? Cek di sini

foto: SoraAI

Perlu dicatat dulu, aplikasi ini baru tersedia di beberapa wilayah seperti Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Jika sudah tersedia:

1. Buka Google Play Store di HP Android.
2. Ketik “Sora” di bagian pencarian.
3. Pilih aplikasi resmi Sora by OpenAI.
4. Tinggal ketuk Instal dan tunggu prosesnya beres.

Di Balik Kerennya AI, Ada Drama yang Mengintai

Rilisnya Sora memang tidak mulus-mulus saja. Sejak peluncuran awal, kritik soal deepfake langsung muncul. Berbagai unggahan video tak pantas yang dibuat pakai AI ini mulai marak beredar di internet.

Diungkap Brilio.net dari TechCrunch, Rabu (12/11) OpenAI juga sempat kena masalah gara-gara karakter berhak cipta seperti SpongeBob dan Pikachu. Akhirnya, kebijakan pun diubah untuk aplikasi Sora, dari pendekatan “opt-out” menjadi sistem “opt-in” bagi pemegang hak cipta.

Masalah hak cipta ini makin panjang urusannya. Rilis Sora 2 pada 30 September lalu memicu reaksi keras, terutama dari Jepang. Kenapa? Karena banyak hasil videonya terlihat sangat mirip dengan karya atau gambar Jepang yang dilindungi hak cipta.

Puncaknya, Studio Ghibli, Bandai Namco, Square Enix, Aniplex, Kadokawa, dan Shueisha, lewat organisasi antipembajakan CODA, secara resmi melayangkan tuntutan. Tuntutannya jelas: meminta OpenAI berhenti memakai karya mereka untuk melatih model video AI tanpa izin. Menurut CODA, menyalin karya tanpa izin bisa dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

Masalah ini mengingatkan pada tren "Ghibli Style" di ChatGPT yang sempat viral. Saking populernya, CEO OpenAI Sam Altman, pernah memasang gambar bergaya Ghibli sebagai foto profilnya di X (Twitter). Meskipun Altman telah berjanji memperbaiki kebijakan opt-out, CODA menganggap langkah itu tidak cukup. Inti masalahnya adalah penggunaan konten tersebut di awal.

Belum selesai, ada lagi sengketa hukum. Kali ini dengan perusahaan video selebriti ‘Cameo’. Penyebabnya, OpenAI juga menggunakan nama ‘Cameo’ untuk fitur unggulannya.

Walau sedang menghadapi banyak masalah, OpenAI kelihatannya tetap lanjut mengembangkan Sora dengan serangkaian fitur baru. Rencana ke depan bertujuan untuk meningkatkan personalisasi dan kemampuan penyuntingan.

Nantinya, akan ada fitur ‘kameo karakter’. Fitur ini memungkinkan pengguna memasukkan representasi AI dari hewan peliharaan ataupun benda mati ke dalam video buatan Sora.

Alat penyuntingan video dasar juga akan ditambahkan, seperti kemampuan untuk menggabungkan beberapa klip secara mulus. Bahkan Sora berupaya mengubah linimasa media sosialnya, berfokus pada konten dari koneksi atau individu tertentu, alih-alih konten yang didorong oleh audiens massal. Tujuannya, menciptakan lingkungan berbagi video yang lebih personal.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags