Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, baru-baru ini memberikan pesan penting kepada generasi muda. Dia mengingatkan agar tidak terjebak dalam FOMO atau 'fear of missing out' saat berinvestasi. Sebelum mengambil keputusan investasi, penting untuk memahami dengan baik apa yang akan diinvestasikan.
"Jadi, jika kamu ingin berinvestasi, pelajari terlebih dahulu instrumen yang akan kamu pilih. Jangan hanya mengikuti orang lain atau terpengaruh oleh tren," ungkap Purbaya saat berbicara kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, dikutip brilio.net dari Liputan6.com, Rabu (17/9).
BACA JUGA :
5 Makanan merakyat kesukaan Purbaya Yudhi Sadewa, sering dapat rating jempolan sang Menkeu
Dia menekankan pentingnya menganalisis instrumen investasi yang diinginkan. Purbaya yakin bahwa jika anak muda mau belajar dan memahami, mereka pasti akan sukses dalam berinvestasi.
foto: Liputan6.com/Tira
BACA JUGA :
Menkeu Purbaya klarifikasi soal anak senggol Sri Mulyani agen CIA: Dia masih kecil, tak tahu apa-apa
"Pelajari instrumennya, dan kamu pasti berhasil," tambahnya.
Di sisi lain, Purbaya juga mengingatkan para perempuan untuk menyesuaikan anggaran yang dimiliki apabila ingin belanja. Dia mempersilakan anak muda berbelanja apapun, asalkan jangan berutang.
"Belanja nggak apa-apa, belanja mau yang mahal, mau yang murah, tapi sesuaikan dengan kantong Anda sendiri. Jangan ngutang," tegasnya.
Fakta Gaya Hidup Generasi Muda
- Generasi Z dikenal aktif ikut tren dan lebih prioritas pengalaman & status sosial, bukan hanya kepemilikan barang.
- OJK mencatat bahwa pengguna paylater terbesar berada di usia 26-35 tahun (milienial), dan 18-25 tahun juga tinggi.
- Belanja fesyen dominan sebagai salah satu pengeluaran via paylater.
- Layanan keuangan digital & pinjaman online juga jadi pintu masuk utama untuk utang demi gaya hidup.
FAQ: Gaya Konsumtif & Berhutang di Kalangan Anak Muda
Kenapa banyak anak muda jadi konsumtif dan sampai harus berhutang?
Beberapa penyebab: keinginan tampil di medsos ikut tren influencer (“gaya hidup mewah”), FOMO (tak mau ketinggalan), kemudahan akses layanan kredit digital / paylater / pinjol, iklan yang menggoda, dan kurangnya perencanaan keuangan.
Seberapa besar tren utang demi gaya hidup di Indonesia?
Cukup signifikan. Data OJK & survei menunjukkan generasi muda adalah pengguna terbesar paylater & pinjaman online dalam kategori gaya hidup. Contohnya: > 40 % responden pernah berhutang lewat platform pinjol; belanja fesyen jadi salah satu pengeluaran utama lewat paylater.
Apa risiko kalau terus-terusan belanja dengan utang / paylater?
Risikonya beragam: beban cicilan dan bunga makin besar, menurunnya kondisi keuangan (kesulitan memenuhi kebutuhan pokok), kredit macet, stres keuangan, dan bisa kesulitan menabung atau investasi untuk masa depan.
Apakah ada perubahan sikap positif dari anak muda terhadap konsumsi & utang?
Ya. Mulai muncul tren deinfluencing, di mana banyak yang sadar bahaya konsumtif, belajar ngatur anggaran, investasi dan menabung. Juga literasi finansial makin digalakkan
Apa yang bisa dilakukan agar tidak terjebak berhutang karena gaya hidup?
Beberapa strategi praktis:
- Buat anggaran (budget) realistis, pisahkan antara kebutuhan vs keinginan.
- Hindari pembelian impulsif (“beli karena diskon, tren, atau emosi”).
- Batasi penggunaan paylater / kartu kredit, bayar tunai jika bisa.
- Sediakan dana darurat agar tidak tergantung utang saat keadaan mendesak.
- Edukasi diri soal keuangan: pahami bunga, jadwal pembayaran, semua biaya tambahan.
- Jangan terpengaruh “pamer gaya hidup di medsos” sebagai tolok ukur diri.